Setiap musim mudik
datang, saya dan keluarga selalu pulang ke Pekalongan. Selain untuk menghabiskan liburan dan
bersilaturahmi lebaran, saya selalu menjadikan mudik sebagai waktu saya untuk
menikmati salah satu makanan khas Pekalongan yang begitu saya suka. Makanan itu adalah Sego Megono.
Saya ragu kalau
banyak orang yang sudah mengetahui apa itu Sego Megono. Yah, setidaknya jika
orang itu tidak berasal dari Pekalongan. Memang di beberapa daerah lain seperti
Temanggung dan Batang, juga ada Sego Megono, tapi tetap saja, atas dasar segala
klaim dan fakta sejarah, Sego Megono adalah "milik" Pekalongan. Hehe.
Untuk
menguatkan identitas ke-Pekalongan-an dari Sego Megono, saya menulis artikel
ini di blog saya, kebetulan sekali ada lomba blog " Nutrisi Untuk Bangsa: Jelazah Gizi " dari Sarihusada yang temanya "Apa Makanan Khas Daerah Mu". Hadiahnya jelajah kuliner di daerah Gunung Kidul lho!. Jadi saya
ikutkan artikel ini untuk lomba sekalian. Istilahnya sambil menyelam, minum
air, cuci mata pula. hehe
Sego Megono atau
bahasa Indonesianya Nasi Megono adalah nasi liwet yang disajikan dengan
rajangan nagka muda dicampur dengan kecombrang.
Sego Megono yang asli warnanya agak pucat dan tidak menarik. Sego Megono seperti ini dibuat dari kerak
nasi (pada zaman dahulu), sedangkan yang putih bersih biasanya dibuat dari
nasi. Sego Megono inilah yang sekarang umum beredar. Banyak juga masyarakat
Pekalongan yang membuat campuran Sego Megono dari berbagai macam sayur, tidak
hanya nangka muda namun tetap dengan bumbu yang sama enak dan nikmat. Beberapa
sayuran yang juga digunakan adalah rebung, kacang panjang, labu, dan pepaya
muda. Nangka muda ini atau sayuran lain ini dicincang halus dengan balutan
bumbu kelapa yang cukup pedas nan gurih. Sayuran tersebut dicampurkan dengan
nasi yang sudah tanak dan sering ditambahkan dengan sambal “jenggot” yaitu sambal
yang terbuat dari parutan kelapa. Sekilas tampilannya mungkin tidak menarik,
namun ketika sudah sekali dinikmati, wuih, dijamin Anda akan ketagihan dua tiga
kali!. =D
…
Sego Megono ini
umumnya disajikan dengan dibungkus daun pisang dan "dikunci" dengan
sebuah “biting” (lidi berukuran kecil terbuat dari bambu yang ditusukkan di
salah satu sisi daun pisang). Penyajian
yang unik ini menjelaskan secara tidak langsung bahwa takaran untuk 1 porsi
Sego Megono adalah 1 pincuk (satu ikatan kecil dari daun pisang). Daun pisang dibuka dengan ucapan basmalah dan
teh manis dapat menjadi penutup menunya. Sudah banyak sih yang menyajikan Sego
Megono diatas piring, namun tetap saja, Sego Megono yang disajikan dengan porsi pincuk lebih
digemari khalayak. Untuk ukuran porsi seperti ini memang kecil untuk ukuran
orang dewasa, maka tak heran kalau Anda nanti menambah 2-3 pincuk lagi untuk
memuaskan rasa lapar. Alhamdulillah yah !
Sego Megono adalah
hidangan utama, atau bahasa keren nya adalah Main Course. Karena dia merupakan
hidangan utama, maka dia sering disajikan dengan teman lauknya. Aslinya pada
zaman dahulu, Sego Megono disajikan dengan lauk ikan asin, tapi mungkin itu
karena menyesuaikan keadaan zaman yang bersangkutan yang serba susah. Sekolah
susah, hidup susah, mandi susah, makan susah, apalagi untuk membeli lauk. Zaman
sekarang lauk untuk teman makan Sego Megono sudah begitu bervaraisi sebagai
contoh sate telur puyuh, ikan panggang, cumi, sotong, garang asem iga sapi,
tempe mendoan, hingga ayam goreng nan gurih. Anda tinggal pilih mana suka.
Konon 75% dari warga
Pekalongan menyantap Sego Megono sebagai menu sarapan pagi, bahkan mungkin ada
yang tiap kali ketemu meja makan pasti ada Sego Megono. Walau merupakan
hidangan utama, sepengamatan saya di Pekalongan, tetap saja Sego Megono juga
umum dimakan sebagai makanan pembuka, penutup, bahkan makanan ringan !.
Sepertinya tidak ada lagi waktu khusus untuk menikmati Sego Megono, Pokoke Sego
Megono Sak Pore (Sesukanya Makan Nasi Megono) ! =D
…
Sekarang mari kita
tilik kandungan gizi Sego Megono.
Nangka muda atau
bahasa latinnya Artocarpus heterophyllus, sebagai campuran utama Sego Megono
mengandung vitamin A,B dan C dan berbagai mineral yang baik untuk pertumbuhan.
100 gram buah nangka memiliki 106 kalori, 27,6 gram karbohidrat dan 1,2 gram
protein. Nangka muda juga berperan memperkuat sistem kekebalan tubuh
(imunitas). Nangka muda merupakan sumber vitamin C dan antioksidan yang sangat
baik, untuk membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mendukung fungsi sel
darah putih (limfosit). Nangka muda yang kaya akan mineral kalium (K) ini juga
baik untuk mengontrol tekanan darah sehingga dapat mengurangi resiko serangan
jantung dan penyakit stroke. Selain itu, juga baik untuk menjaga keseimbangan
cairan elektrolit di tubuh kita.
Nangka muda
mengandung berbagai nutrisi lain seperti lignan, isoflavon, dan saponin yang
membantu sistem perlindungan tubuh melawan timbulnya sel kanker. Nangka muda
memiliki kandungan vitamin A dan antioksidan yang cukup tinggi, baik untuk
menjaga dan memelihara kesehatan kulit. Kandungan gula alami seperti fruktosa
dan sukrosa berperan sebagai sumber energi dalam beraktivitas. Belum lagi
kandungan bahan atau lauk lain yang dimakan bersama Sego Megono; berbagai
sayuran, ikan, telur, tempe ataupun daging, jaminan mutu deh kalau Sego Megono
itu adalah makanan alami kaya nutrisi bergizi tinggi. =D
:
Menilik asal usul
Sego Megono juga merupakan hal yang unik menggelitik. Saya mendapatkan dua versi sejarah (atau
mungkin legenda ya?) yang sungguh menarik
Versi pertama
bercerita tentang kehidupan yang aman, tenteram, makmur, sejahtera lagi sentosa
di sebuah desa. Di desa itu hidup
seorang tua yang sudah lama hidup menjanda (atau Rondo dalam bahasa Jawa).
Suatu ketika saat sedang memasak nasi (meliwet), muncul badai secara tiba-tiba
di desa tersebut. Mbah Rondo punya
kebiasaan menaruh berbagai sayuran diatas tempat nasi yang digunakan untuk
dimasak. Badai membuat desa dan tentu
saja rumah mbah Rondo berantakan, begitu pula berbagai sayuran Mbah Rondo yang
akhirnya tercampur baur bersama nasi liwet.
Seperti kebiasaan
warga desa kebanyakan, maka sehabis badai reda, setelah musyawarah desa
diadakan lah kerja bakti gotong royong membersihkan lingkungan dan membangun
kembali segala hal yang rusak, termasuk rumah mbah Rondo. Lalu,sesuai kebiasaan dan norma yang berlaku
pula, warga saling memberikan makanan ketika kerja bakti dilaksanakan. Mbah Rondo, yang memang hidup miskin
ditinggal mati suaminya, tidak punya makanan lain selain nasi liwet campur baur
dengan sayuran. Apa boleh buat, maka
nasi itu yang diberikan kepada warga. Dalam bahasa Jawanya; MErGO oNOne mung
kuwi (karena adanya cuma itu) alias nggak punya hidangan yang lain. Jadi deh,
Sego Megono ! Hehe ada-ada saja. Sejak saat itulah Sego Megono selalu muncul di
meja makan dan setiap hajatan orang Pekalongan.
Ngomong-ngomong
tentang kebiasaan dimasyarakat untuk bergotong royong dan musyawarah, zaman
sekarang masih ada tidak ya ? . Apalagi di kota-kota besar. Banyak tayangan di
televisi yang mendidik kita menjadi manusia pragmatis-hedonis. Jangan kan
gotong royong, dengan tetangga saja sudah tidak saling kenal dan tegur sapa.
Ah, sudahlah. Ini kenapa saya jadi curhat ?
Versi kedua asal
usul Sego Megono lebih hebat lagi. Ada kemungkinan bahwa megono berasal dari
kata mego (mega- red) yang berarti awan dan gegono (gegana- red) yang berarti
angkasa. Jadi bila dirangkai menjadi kalimat mungkin berbunyi seperti ini:
Megono = Mego ing Gegono (awan yang mengangakasa). Lho, apa pula ini ?. Jika
kita amati sifat dan penampakan mega di angkasa, mega berwarna putih bersih
sampai berwarna kelam pertanda turun hujan beriringan. Ada juga warna mega yang
memerah rona atau lembayung jingga terutama di sore hari saat surya akan
tenggelam di peraduannya. Ternyata Sego
Megono juga merupakan kuliner yang romantis…
Konon Sego Megono,
muncul pertama kali ketika masa perang gerilya. Keadaan perang membuat hasil
bumi menurun tajam dan perlu dilakukan penghematan di segala bidang, termasuk
dalam hal makanan. Sebagai contoh, saat kita menanak nasi dengan cara
konvensional, maka akan timbul kerak nasi (dalam bahasa Jawa Intip). Bagi
kebanyakan orang di waktu itu, kerak nasi tersebut akan dijemur dan dikeringkan
lalu disimpan untuk dimasak lagi menjadi nasi. Itulah cikal bakal Sego Megono.
Penyempurnaan terus dilakukan dengan menambahkan berbagai bumbu termasuk
mencoba dipadukan dengan urap nangka muda dan berbagai sayuran dan lauk
lain.
Ketika pejuang
republik memasuki desa-desa dalam perjalanannya, masyarakat setempat akan
berusaha menyuguhkan makanan terbaiknya.
Setiap warga ingin berperan dalam perjuangan melawan penjajah. Saat itu, di Pekalongan, warga memberikan
Sego Megono kepada para pejuang. Para
pejuang sangat menyukai Sego Megono, makanan yang baru ditemukan ini, sehingga
konon setelah Republik Indonesia akhirnya terproklamasi dan berdiri, para
pejuang ini secara rutin mengunjungi Pekalongan untuk Sego Megononya…
Entah mana versi
yang benar. Kedua cerita diatas pasti memiliki sumber rujukan
masing-masing. Kedua cerita pun memiliki
nilai luhurnya masing-masing yang seharusnya dilestarikan; gotong royong,
nasionalisme, kesetiakawanan sosial. Nilai luhur yang mungkin sedikit meluntur
di waktu sekarang.
…
Menikmati Sego
Megono tidaklah mahal. Satu pincuk Semo
Megono dihargai Rp. 3.000 - Rp. 4.500 tergantug dimana Anda membelinya. Untuk lauk berkisar dari Rp. 1000 (tempe)
hingga tak terhingga, bergantung apa dan seberapa banyak yang dimakan. Saya
serius, karena memakan Sego Megono bisa memicu ketagihan. Tidak pernah cukup satu!
Beberapa tempat di
Pekalongan dimana Anda bisa menikmati Sego Megono yang enak adalah:
- Nasi Megono Pak
Wan lokasi Jalan Kenanga kota
pekalongan, disini terdapat banyak pilihan lauk buka dari magrib - selesai
- Warung Nasi Megono
depan halte Ponolawen warung ini hanya buka jam 12 malam hingga menjelang
subuh. Tempat makan ini konon 80 % pengunjungnya didominasi anak-anak muda Kota
Pekalongan.
-Warung Masduki.
warung masduki letaknya di dekat alun - alun kota Pekalongan. Warung ini pernah
masuk acara Jelang Siang di Trans TV lho.
Bapak Masduki juga terkenal sebagai pembuat garang asem di
Pekalongan. Sudah tahu kan apa itu
garang asem ? Masakan tradisional ini terbuat dari ayam yang sudah dipotong -
potong menjadi bagian - bagian seperti dada, sayap, dan kepala. Garang Asem
disajikan dengan dibungkus dengan daun pisang dan diberi bumbu dan air
secukupnya
Di Jakarta Anda bisa
menikmati Sego Megono dan Tauto (makanan soto khas Pekalongan lainnya) di
warung Tauto Nino di Jalan Tebet Timur Dalam Raya No 3 Jakarta Selatan. Kedai
ini tidak hanya menyediakan suasana makan yang khas pekalongan, tapi juga
hidangan yang otentik yang akan memuasakan kerinduan akan Sego Megono dan Tauto
(Soto Pekalongan).
…
Untuk Anda yang
tidak sempat pergi ke salah satu tempat yang saya sebutkan diatas, mungkin Anda
tertarik untuk membuat Sego Megono versi citarasa Anda sendiri di rumah.
Berikut ini adalah resep sederhana membuat Sego Megono, Anda tentu saja bisa
meraciknya sesuai selera:
Nasi Liwet (Porsi untuk 5 orang)
- 400 gram beras,
cuci bersih
- 1 batang serai,
memarkan
- 2 lembar daun
salam
- ½ sdt garam
- 900 ml air
Bumbu urap
(haluskan):
- 3 siung bawang
putih
- 2 siung bawang
merah
- 2 cm kencur
- 6 buah cabai merah
keriting
- ½ sdt terasi,
bakar
- 1 sdm gula merah
- ½ sdt garam
- ½ butir kelapa
setengah tua, parut
- 2 lembar daun
jeruk purut
- 2 lembar daun
salam
- 250 gram nangka
muda, cincang, rebus
- 100 gram kacang
panjang, potong-potong, rebus
Cara Membuat
1. Nasi liwet: masukkan semua bahan nasi
liwet ke dalam panic, tutup , masak sampai air habis. Aduk, tutup panic dan
masak dengan api kecil sampai nasi tanak. Angkat.
2. Urapan nangka: campur bumbu urap yang
sudah dihaluskan dengan kelapa parut, daun jeruk, dan daun salam, aduk rata,
kukus selama 25 menit angkat. Campur dengan nangka dan kacang panjang, aduk
rata, sisihkan.
Tips
Anda dapat
menyesuaikan lauk yang diinginkan sesuai selera Anda dan keluarga. Sebagai rekomendasi, Sego Megono enak dimakan
dengan garang asem iga sapi, tahu/tempe goreng, atau opor ayam.
Sumber resep:(
http://kitabmasakan.com/2011/03/resep-nasi-megono-%E2%80%93-pekalongan/ )
…
Sebagai salah satu
"ikon" Pekalongan, Sego Megono tampaknya memang belum terlalu
dikenal. Salah satu penyebabnya mungkin
sedemikian lekatnya imej Kota Batik dengan Pekalongan, sehingga yang ada di
benak banyak orang ketika berpikir tentang Pekalongan, atau sedang singgah di
Pekalongan, hanyalah kemeja hem atau kain batik yang terpikir. Penyebab yang lain mungkin tampilannya yang
tidak menarik... untuk masalah yang ini, bagaimana ya ? Tapi, Sego Megono kan
bukan Sego Megono kalau tidak tampil selayaknya Sego Megono ?. Ah sudah lah.
Jangan melulu tertipu tampilan luar, pokoknya Sego Megono itu enak, bergizi dan
wajib Anda coba. Hehe.
Mempromosikan Sego
Megono perlu peran sinergis dari berbagai pihak. Ini adalah pekerjaan rumah
untuk pemerintah daerah untuk mempromosikan Sego Megono sebagai kuliner yang
asli bumi Pekalongan yang layak,wajib, dan harus dinikmati para wisatawan yang
berkunjung. Ini juga kewajiban untuk
saya dan anak Pekalongan lainnya terutama yang melek teknologi untuk
mempromosikan kampung halaman kami dan berbagai hal baik yang ada dilamnya
dengan cara-cara yang kreatif terutama dengan memanfaatkan teknologi
internet. Semoga artikel saya di blog
ini tidak hanya bermanfaat untuk Anda yang membaca namun juga untuk promosi
kota dan kabupaten Pekalogan.
0 comments:
Post a Comment