Friday, October 12, 2012

Bang Udin Mart vs Omega Mart



            Aku adalah salah seorang dari sekian banyak mahasiswa yang hidup ngekos.  Sudah empat tahun aku menjadi anak kos.  Sudah selama itu pula aku belajar hidup mandiri jauh dari orang tua. Sewaktu tinggal dengan orang tua, segala hal menjadi begitu mudah.  Sekarang sebagai anak kos aku mengalami siklus seperti di lagu dangdut; makan-makan sendiri, tidur-tidur sendiri, cuci baju pun sendiri, semua hal sendiri.

            Memang orang tua tetap menanggung biaya kuliah dan sewa kamar kos ku ini, namun biaya hidup di kota ini cukup mahal sehingga seringkali uang kiriman orang tua ku rasa tidak cukup.  Awalnya aku hidup menghemat sehemat-hematnya.  Mengurangi porsi makan, tidak berorganisasi karena itu memperbesar pengeluaran ku, hingga menumpang makan di kosan teman disaat tak punya uang lagi.  Aku berpikir, kok aku sebegini prihatin ya ? Sampai kemudian aku sadar bahwa kunci dari keberlangsungan dan kesintasan ku sebagai anak kos tidak hanya dengan hidup hemat dan bersahaja, namun juga dengan memperbesar pemasukan ku tiap bulan.  Jadilah kemudian sejak tahun kedua aku bekerja sebagai pengajar di bimbingan belajar (bimbel) untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

          Sejak mempunyai penghasilan dari honor bulanan pengajar bimbel, aku pun bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan ku sendiri.  Membeli buku, nonton dan makan dengan pacar, membeli pakaian, dan memenuhi kebutuhan logistik., hal-hal yang selama ini tidak ingin aku minta biayanya dari orang tua. Uang orang tua aku gunakan untuk membiayai sewa kosan saja. Selain itu aku juga mulai bisa menabung.  Lumayan lah walau tidak banyak, aku sudah mempersiapkan dana darurat yang dapat digunakan sewaktu-waktu.

            Untuk membeli kebutuhan logistik sehari-hari; makanan, minuman, alat-alat mandi, sembako dan lain lain, aku biasanya membeli di toko kecil yang letaknya tidak jauh dari lokasi kosan ku.  Toko kecil itu dimiliki dan dikelola oleh warga asli setempat. Lokasi kosan ku ini, yang dekat dengan pintu masuk belakang kampus, merupakan salah satu lokasi utama mahasiswa kampus ku untuk ngekos.  Banyaknya mahasiswa yang ngekos dilokasi ini merupakan berkah tersendiri untuk warga.  Selain mendapatkan uang sewa kos bagi pemiliknya, banyak warga juga mendirikan toko dan warung kecil. Toko dan warung kecil warga yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, alat tulis, hingga jasa laundry. Aku menyebut toko dan warung kecil seperti ini dengan Bang Udin Mart. 

            Lho kok, kenapa ya aku menyebutnya dengan istilah Bang Udin Mart ?, tidak Warung Bang Udin saja ?. Alasan pertama adalah karena penjualnya sebagian besar laki-laki, dan toko kecil langganan ku dimiliki oleh seorang penjual yang aku panggil dengan Bang Udin.  Bang Udin adalah warga asli setempat yang berusia paruh baya. Entah sudah berapa tahun Bang Udin Mart berdiri, yang jelas sejak aku ngekos, Bang Udin Mart sudah ada. Alasan kedua penyebutan Bang Udin Mart adalah karena aku ingin membandingkannya dengan “Mart” lain yang ingin ku ceritakan di tulisan ku ini.

            Sejak aku menginjak semester enam, di dekat kosan ku berdiri sebuah supermarket kecil atau banyak orang bilang dengan sebutan minimarket. Mini market ini juga menjual berbagai barang kebutuhan sehari-jari, sama seperti Bang Udin Mart, bahkan lebih lengkap. Sebelumnya minimarket seperti ini sudah ada didalam lokasi kampus, disalah satu fakultas. Aku menyebut minimarket ini dengan Omega Mart. Kenapa aku menyebutnya begitu ? alasannya sederhana saja. Aku tidak ingin menyebut kan suatu merek, bisa rumit urusannya nanti. Toh, kamu pun sudah tahu maksud ku apa kan ?

            Dari awal berdiri, Omega Mart selalu ramai dikunjungi konsumennya.  Sejak adanya Omega Mart, orang-orang ini jadi memiliki pilihan lokasi belanja dan jajan baru.  Memang lengkap barangnya, tidak hanya kebutuhan sehari-hari, sembako, ada juga es krim dan CD musik, alat tulis, buku hingga majalah.

            Aku pun sering berbelanja disana. Aku jadi punya rutinitas baru. Sehabis menerima honor sebagai pengajar bimbel, diawal bulan sejumlah uang aku belanjakan di Omega Mart untuk membeli kebutuhan sehari-hari untuk sebulan. Terkadang aku juga jajan disana. Praktis sekali, satu tempat menyediakan berbagai macam barang kebutuhan dan keinginan kita.  Sejuk dan rapi pula tempatnya. 

Aku pun jadi makin jarang berbelanja di Bang Udin Mart, toko langganan ku sebelumnya. Paling hanya sesekali kalau aku sedang malas pergi jauh-jauh. Waktu itu aku tidak sadar bahwa aku berada dalam lingkaran setan pembunuh ekonomi Bang Udin Mart dan kawan-kawan sejawatnya. Sampai suatu saat aku merasa “ditegur”.  

Suatu hari aku hendak membeli suatu barang, namun, aku tidak mendapatkannya di Omega Mart. Tumben sekali ada barang yang tidak aku dapatkan di Omega Mart. Begitu kata ku dalam hati. Kemudian aku mencarinya ke Bang Udin Mart, warung kecil langganan ku dulu. 

Di Bang Udin Mart.

“ Bang Udin, ada Kuper Bubur ga ? “ kata ku kepada penjaga Bang Udin Mart, bang Udin, menyebuukan salah satu merek bubur instan. Tentu saja di tulisan ini merek Kuper Bubur aku samarkan dari nama merek aslinya.

“ Ada nih Mas Basir, tinggal dua. Mau beli berapa ? “ jawab bang Udin menunjuk  dua bungkus Kuper Bubur di atas etalase.

“ Saya ambil dua-dua nya, ya Bang “

Bang Udin pun mengambil dua bungkus Kuper Bubur dan memberikannya pada ku. Sengaja Bang Udin tidak memasukkan nya kedalam kantong plastik kresek. Dia tahu kebiasaan ku untuk membawa tas belanja sendiri. Mengurangi sampah.

“ Terimakasih, Bang “ kata ku sambil memasukkan dua bungkus Kuper Bubur dan memberikan uang pembelian ke Bang Udin.

“ Ngomong-ngomong, Mas Basir sudah jarang belanja disini, nih. Belanjanya pindah ke Omega Mart yang baru itu ya ? “ tanya Bang Udin setelah menerima uang ku.

Sebenarnya jawaban dari pertanyaan ini adalah iya, tapi aku rasa jawaban itu bisa membuat Bang Udin sedih atau kecewa atau bahkan tersinggung. Jadi aku memberikan jawaban lain.

“ Oh, ngga kok, Bang. Saya juga jarang ke Omega Mart situ. Kebetulan akhir-akhir ini saya sering pulang malam., jadi ga sempat belanja atau jajan. Begitu “ kilah ku.

“ Oh, iya, lagi sering ngajar kelas malam ya, Mas ? “ tanya Bang Udin lagi. Dia memang sudah tahu kalau aku sambil kuliah bekerja sebagai pengajar bimbel.

“ Ya, seperti itu deh, Bang… “

Entah karena tidak enak atau apa, aku pun spontan membeli beberapa barang lagi di toko Bang Udin. Aku juga tidak tahu apakah barang-barang itu aku butuhkan atau tidak.

“ Sekarang, sejak ada Omega Mart, toko-toko kecil seperti punya saya ini makin sepi saja. Orang-orang pada pindah belanja kesitu. Beli sabun cuci piring aja kesana, padahal sama harganya. Lebih deket toko saya ini pula… “ curhat Bang Udin sambil mengambil barang-barang yang aku beli di etalase tokonya.

“ Yah, habis gimana, disana kan tempatnya bagus… ada AC nya pula. Terus juga pasti keliatan keren kalau belanja disana. Lha, kalau belanja di warung-warung kecil kayak saya gini pasti kelihatan jelek dan kumuh, ya Mas Basir ? “ Bang Udin masih curhat, aku diam saja mendengarkan.

“ Kami pedagang kecil ini mana bisa bertahan lama-lama melawan pemodal besar seperti Omega Mart dan semacamnya. Banyak toko kecil yang sudah tutup disekitar sini, entah kapan punya saya ini menyusul. Lha kita lebih sering merugi. Yah, saya tetap berusaha bertahan, dengan mengurangi jumlah belanjaan, atau buka lebih pagi dan lebih lama dari Omega Mart. Biar bagaimanapun, toko ini kan menopang hidup keluarga saya “ Bang Udin berkisah dengan sendu.

“ Padahal dulu nih ya, Mas Basir, dari pendapatan toko ini, saya bisa menyekolahkan anak-anak, bisa beli tanah dan rumah sendiri, bisa nabung juga buat hari tua. Ya, kecil-kecil juga toko ini menghidupi kami.  Lha sekarang, sudah balik modal saja saya sudah bersyukur sekali… ”

“ Lho, kok saya jadi curhat begini ya, Mas Basir ?. hehe. “ Bang Udin terkekeh-kekeh “ Mohon maaf sudah bikin Mas Basir dengerin saya yang ga jelas ini “ ujar Bang Udin selagi memberikan belanjaan ku
.
“ Oh, iya, Bang. Ga apa-apa kok, saya malah jadi belajar banyak hal dari cerita Abang barusan. Saya ga bisa banyak bantu Bang Udin, selain ikut berbelanja disini juga. Saya doakan semoga toko Bang Udin ini akan terus ramai oleh pembeli ya, Bang “ 

“ Amin.. Amin. “ Bang Udin mengamin kan, “ Sudah semua kan, Mas Basir belanjanya ? “ tanya nya.

“ Oh, iya sudah, kok. Terimakasih banyak ya, Bang ! “ kata ku. Ku jabat tangan Bang Udin. Lalu aku pun beranjak dari tokonya.  Membawa serta sekelumit perasaan yang mengganggu.

  Dalam perjalanan pulang ke kosan, sempat ku tengok toko kecil milik Bang Udin lagi. Bang Udin Mart, toko kecil yang didirikan dengan penuh pengharapan akan sedikit rejeki tiap hari. Toko yang sedang berjuang melawan perubahan yang tidak pernah mereka hadapi sebelumnya. Menghadapi skema persaingan usaha yang tidak sehat pemodal besar minimarket yang didukung birokrat. 

Hanya berjarak kurang dari seratus meter darinya, berdiri megah Omega Mart. Bermodal besar dan semakin menguasai pasar. Belakangan ini jumlah Omega Mart dan sebangsanya memang makin banyak saja. Di sekitar kampus ku saja tidak kurang ada sepuluh minimarket seperti Omega Mart ini, mengepung dari berbagai penjuru.  Canggihnya lagi semua Omega Mart cs ini selalu ramai dengan konsumen.  Hal itu tentu berbanding terbalik dengan nasib Bang Udin Mart cs yang semakin ditinggalkan dan terlantar.

Semakin banyak toko-toko kecil yang gulung tikar. Pendirian Omega Mart cs memang keterlaluan, tidak pandang jarak dengan toko-toko kecil ini. Bahkan ada yang didirikan tepat didepan lokasi pedagang-pedagang kecil.  Berdiri angkuh dan menantang. Mengajak berkompetisi dalam padanan kemampuan yang tidak seimbang. Nyaris sebagian besar toko kecil yang berdiri dekat Omega Mart lama-lama menjadi tidak laku dan semakin tersudut. Banyak yang tutup atau beralih profesi. Siapa gerangan yang harus bertanggung jawab atas semua ini ?

Konyol sekali apabila pemerintah pusat maupun daerah, diantara jargon-jargon kemandirian ekonomi bangsa dan ekonomi kerakyatan justru ikut membunuh sebagian besar bentuk ekonomi rakyat. Itu semua karena mereka lebih berpihak kepada Omega Mart cs.  Betapa memuakkan nya nilai-nilai kapitalisme yang sudah membuat rakyat Indonesia yang memiliki modal memakan rakyat Indonesia yang lain, yang lebih kecil dan yang lebih mudah untuk dibinasakan.  Menjijikkan sekali nafsu-nafsu kekayaan dan keserakahan yang dengan bantuan modal dan birokrasi kongkalingkong, membuat sedemikian mudah pendirian toko-toko ritel besar, minimarket, toko buah, mall, pusat perbelanjaan, bahkan diatas lahan yang diperuntukkan untuk kemaslahatan masyarakat. Semakin sedikit saja area terbuka hijau, lapangan bermain masyarakat, apalagi sarana olahraga. Seperti ini ingin dibilang mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, dan berperadaban ?
 
         Mengingat semua itu, aku ikut merasa bersalah. Karena toh sedikit banyak aku pun “membantu” Omega Mart cs menganiaya Bang Udin Mart cs. Aku merasa sama egois dan apatisnya dengan kebanyakan orang yang belum juga sadar telah terjadi sesuatu yang gawat disekitar mereka. Aku juga gagal melihat kepentingan yang lebih besar, gagal melihat lebih jauh, lebih luas dari sekedar kenyamanan pribadi dan gengsi. Aku gagal melihat bahwa memberdayakan dan melestarikan Bang Udin dan kawan-kawan berarti juga membantu menjalankan ekonomi Indonesia yang sesungguhnya. Bukan ekonomi konglomerasi atau pemodal besar, namun ekonomi toko-toko kecil, ekonomi warung kaki lima, ekonomi gerobak, atau pun koperasi, yang telah terbukti sekian kali menyelamatkan ekonomi Indonesia dari terpaan badai krisis. 

           Apakah dikemudian hari, Indonesia akan sedemikian banyak berubah ?. akan kemana Bang Udin dan kawan-kawan? Akan seperti apa mereka ? tidak ada kah yang bisa kita lakukan ?   Kita memang tidak bisa berbuat banyak melawan hegemoni Omega Mart dan sebangsanya. Tapi masih ada yang bisa kita lakukan. Walaupun itu kecil, walaupun itu baru dimulai dari diri kita sendiri. Mungkin terkesan sepele tapi itu akan menjadi kekuatan yang besar jika dilakukan bersama-sama. Kita bisa membantu perjuangan Bang Udin dan kawan-kawannya dengan terus sebisa mungkin berbelanja di Bang Udin Mart cs. Aku telah memutuskan ikut berjuang bersama mereka. Maukah kau bergabung bersama kami ?
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 comments:

Post a Comment