Saturday, October 27, 2012

Kaderisasi. Bagian 1



Empat tahun saya menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (UI), sudah dua periode saya merasakan lembaga eksekutif mahasiswa UI (BEM) dipimpin oleh seorang mahasiswa dari fakultas saya; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.  Pertama adalah Trie Setyatmoko (Tiko) yang menjadi ketua BEM UI tahun 2009 dan yang terkini adalah Faldo Maldini (Faldo), ketua BEM UI tahun 2012.  Tahun 2010, sebenarnya Tri Sutrisno Gauss juga mengajukan diri sebagai ketua BEM sayang kalah dalam jumlah suara raihan dibandingkan kandidat pemenang; Muhammad Imanuddin Abdullah. Beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa juga dipimpin oleh mahasiswa FMIPA, yang terbaru adalah Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya yang diketuai Ibnu Budiman, mahasiswa angkatan 2009.

Kaderisasi organisasi kemahasiswaan di fakultas saya memang cukup baik. Sejak mahasiswa baru (maba) masuk, berbagai organisasi dan kepanitiaan diperkenalkan dari awal. Berbagai mentoring dan pendampingan dilakukan sejak awal. Bahkan, untuk ketua organisasi di tahun kepengurusan selanjutnya, sudah digadang-gadang dari awal.

Saya ingat semua hal ini saya lalui sewaktu maba.

Seperti fakultas lain, setelah masa Orientasi Kehidupan Kampus di tingkat universitas, maka maba menjalani masa orientasi di tingkat fakultas; Pengenalan Sistem Akademin Fakultas (PSAF).   Sewaktu saya maba, OKK berlangsung selama 3 hari dan PSAF selama 5 hari.

Seperti maba kebanyakan, saya awalnya merasa kegiatan-kegiatan seperti ini tidak jelas manfaatnya.  Tugas yang entah apa maksudnya, pembuatan segala pernak-pernik kegiatan, segala orasi dan mars, diskusi kelompok, artikel, pelatihan aksi, motivation training berbagai tema, ditambah dilangsungkan waktu bulan puasa. Lengkap sudah alasan seorang maba untuk mangkir seseringnya.

Sewaktu PSAF, maba dari 6 departemen yang ada di fakultas saya; Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Farmasi (sekarang menjadi fakultas), dan Geografi dibagi menjadi kelompok-kelompok. Dalam kelompok-kelompok tersebut, mahasiswa mendapatkan tugas-tugas yang harus mereka kerjakan selama PSAF berlangsung.  Beberapa hal yang umum dijadikan sebagai tugas kami adalah esai mengenai alasan masuk departemen masing-masing dan target kelulusan, dan apa yang akan dilakukan setelah lulus.  Maba juga ditugaskan membuat artikel dengan tema yang sudah ditentukan, tugas wawancara civitas academica di fakultas, dan biografi singkat tokoh teladan.

Khusus untuk wawancara, maba tidak hanya mewawancarai seniornya, namun juga dosen, satpam, bahkan pedagang kantin.  Diharapkan mereka dapat segera mengenal dengan baik lingkungan yang akan ada disekelilingnya selama 4 tahun atau lebih.  Dalam proses wawancara itu pula, maba bisa mendapatkan berbagai info mengenai pengalaman dan pengetahuan mengenai organisasi, jurusan yang dia pilih, kehidupan di fakultas kami, hingga berbagai pengalaman mengenai profesi atau riset yang dijalani seniornya.

Memang seperti yang sudah diduga oleh panitia, tidak ada atau sedikit sekali mahasiswa yang menyelesaikan seluruh tugas yang diberikan dengan baik. Memang ada saja kelakukan dan alasan maba. Ada yang belum bisa beradaptasi lah, ketiduran lah, rumah jauh lah, sakit kambuhan lah, banyak kesibukan di luarlah, tidak bisa internetan lah, disuruh mengantar mama ke salon lah, laptop rusak lah, dan ratusan alasan lain yang masuk akal maupun mengada-ada, yang sungguhan atau dibuat-buat dengan lihai ala maba.  Saya tahu ini karena tidak hanya pernah menjadi maba, pada tahun kedua,ketiga, dan keempat saya melibatkan diri di kepanitiaan PSAF.     


Kalau dulu alasan saya apa ya, hmm. Saat tugas membuat Scrap Book saya tidak selesai, saya bilang kepanitia kalau saya kehabisan kardus karena di kukusan, tempat saya ngekos, seluruh kardus di warung-warung diborong oleh mahasiswa, yang juga untuk buat Scrap Book.  Kalian sudah tahu kan ya apa itu Scrap Book ?

Ketika tugas mewawancarai ketua lembaga saya tidak lengkap, saya beralasan kalau salah satu ketua lembaga yang seharusnya saya dan teman-teman wawancarai tidak bisa saya temui saking sibuknya.  Saya yakin kakak yang satu ini bakal jadi orang penting negeri ini karena dia sudah punya salah satu syarat, (sok) sibuk luar biasa.


Ketika saya kepergok datang ke kampus naik ojek, saya pun punya alasan. Saya bilang karena saya ketinggalan kemeja putih, yang harus saya kenakan hari itu, maka saya pulang ke rumah. Karena saya harus datang ke kampus paling lambat jam setengah tujuh pagi, dan saya tidak diizinkan naik kendaraan pribadi atau diantar orang tua, dan karena saya sarapan dulu dan karena Jakarta macet luar biasa, dan karena-karena yang lain maka saya pun terlambat datang ke kampus.  Semua hal ini saya sampaikan ke senior panitia, yah, senior dalam hal-hal seperti ini selalu benar, tapi yang namanya alasan, itu juga selalu benar. Jadi karena kita berdua merasa benar, kesimpulannya ya tetap saja saya dihukum. Kan saya yang waktu itu berstatus maba

Ngomong-ngomong soal dihukum, selama 5 hari pelaksaan PSAF, saya menjadi “terhukum” dan “dipertontonkan” di depan teman lain seangkatan sebanyak 4 kali. Bayangkan, 5 hari pelaksanaan kegiatan, 4 kali saya maju ke depan panggung dengan berbagai alasan. Saya memang bukan maba teladan. Tentu saja suasana saat itu “cukup tegang” karena sesi seperti ini selalu dilaksanakan ketika panitia dari komisi disiplin (komdis) sedang melaksanakan tugasnya.  Tugas yang mereka lakukan dengan begitu bersemangat.  Mendetensi adek kelasnya sampai tegang.

Tapi saya tahu kalau apa yang dilakukan senior-senior di panitia komdis ini hanyalah suatu peran.  Mereka sesuai namanya memerankan para penegak disiplin. Yang mereka tegakkan adalah semangat dan antusiasme kami maba yang masih seperempat-seperempat (karena tidak sampai setengah-setengah), loyo, klemer-klemer dan ogah-ogahan.  Saya pernah juga jadi panitia komdis di PSAF 2010, waktu itu saya rasa saya cukup galak juga. Hehe.


Kami maba dikumpulkan di aula utama gedung B.  Gedung B adalah gedung yang paling jelas terlihat dari samping jalan kalau kamu melewati FMIPA UI, lurus dari taman selamat datang dan kawasan DPR.  Bukan, bukan DPR Dewan Perwakilan Rakyat (siapa) yang ada di senayan, DPR FMIPA UI adalah suatu kawasan tempat sebagian besar aktivitas mahasiswa diluar perkuliahan terjadi.  DPR adalah kepanjangan dari Dibawah Pohon Rindang. Entas siapa pencetusnya pertama kali.

Kalau kamu sempat ke fakultas kami, kawasan DPR ditanda dengan beberapa pohon beringin yang tumbuh di sana-sini dan banyak aktivitas mahasiswa dilakukan, mulai dari janji bertemu kekasih, diskusi tugas dan ujian, bermain musik sore hari hingga persiapan aksi ke bundaran HI. 


Di dalam aula utama gedung B, yang memang tidak terlalu luas, maba melalui rangkaian acara PSAF nya.  Jumlah maba, yang pada tahun angkatan saya saja sudah mencapai 550 sesungguhnya sudah membuat aula utama terasa sesak. Dipastikan maba peluh berkeringat walaupun dengan AC menyala disana sini. Dilaksanakan bulan puasa, diadakan di aula utama, dipandu komisi disiplin nan setia, menjadikan PSAF kami begitu “bermakna”.

Ada sisi positifnya departemen Farmasi menjadi fakultas, aula utama menjadi tidak terlalu penuh saat kegiatan PSAF.  Sebagai informasi, mahasiswa Farmasi bisa mencapai 150 orang tiap tahunnya. Tadinya sih saya pikir dengan tidak adanya mereka di PSAF kami, maba setidaknya sekarang bisa lebih menselonjorkan kakinya saat kegiatan berlangsung, yah biar lebih santai, tapi ternyata kebijakan baru adanya kelas parallel di semua departemen menyebabkan jumlah maba tidak terlalu berbeda. Maka aula utama tetap begitu penuh.

Memang tidak semua kegiatan dilangsungkan di dalam aula utama, beberapa kegiatan diadakan secara outdoor, misalnya pelatihan aksi massa.

Pelatihan aksi biasanya diadakan di lapangan olahraga fakultas.  Di tempat ini kami mahasiswa abru satu fakultas akan dipandu dalam menjalani aksi massa yang mungkin kelak kita lakukan. Di sesi ini maba akan mempelajari bagaimana sebuah aksi berjalan, membuat pagar manusia (border) yang kuat, mengatasi aksi represif aparat, dan juga orasi.  Maba satu angkatan dituntut untuk solid, saling bahu membahu dan menjaga selama aksi berlangsung, tidak terpancing provokasi dan tetap beraksi secara elegan.  Biar bagaimanapun, kita adalah mahasiswa Universitas Indonesia.

Sesi ini diakhiri dengan evaluasi panitia PSAF untuk kami maba selama kegiatan dilangsungkan. Yah, yang namanya maba, tentu saja kami dibilang belum maksimal menjalani rangkaian kegiatan dan diminta memperbaiki diri selama berkuliah di fakultas ini.  Alhamdulillah, kami maba senang sekali masa orientasi di tingkat fakultas ini akhirnya selesai.  Lega rasanya besok tidak lagi bertemu dengan senior komdis yang setulus hati marah sama kami saban hari.


Di hari terakhir ini pula dipilih ketua angkatan fakultas.  Ketua angkatan fakultas bersama ketua angkatan di tingkat departemen berperan memimpin maba terutama dalam beberapa kegiatan di awal-awal masa kehidupan kampus kami.  Suatu kesempatan berharga didapatkan maba yang menjadi ketua angkatan memimpin orang-orang dari berbagai latar belakang.
Di kemudian hari, orang-orang terpilih ini memilik peran yang besar dalam melanjutkan estafet kepemimpinan dan jalannya roda kemahasiswaan di fakultas saya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.




  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 comments:

Post a Comment