Empat
tahun saya menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (UI), sudah dua periode saya
merasakan lembaga eksekutif mahasiswa UI (BEM) dipimpin oleh seorang mahasiswa dari
fakultas saya; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pertama adalah Trie Setyatmoko (Tiko) yang
menjadi ketua BEM UI tahun 2009 dan yang terkini adalah Faldo Maldini (Faldo),
ketua BEM UI tahun 2012. Tahun 2010,
sebenarnya Tri Sutrisno Gauss juga mengajukan diri sebagai ketua BEM sayang
kalah dalam jumlah suara raihan dibandingkan kandidat pemenang; Muhammad
Imanuddin Abdullah. Beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa juga dipimpin oleh
mahasiswa FMIPA, yang terbaru adalah Kelompok Studi Mahasiswa Eka Prasetya yang
diketuai Ibnu Budiman, mahasiswa angkatan 2009.
Kaderisasi
organisasi kemahasiswaan di fakultas saya memang cukup baik. Sejak mahasiswa
baru (maba) masuk, berbagai organisasi dan kepanitiaan diperkenalkan dari awal.
Berbagai mentoring dan pendampingan dilakukan sejak awal. Bahkan, untuk ketua
organisasi di tahun kepengurusan selanjutnya, sudah digadang-gadang dari awal.
Saya
ingat semua hal ini saya lalui sewaktu maba.
Seperti
fakultas lain, setelah masa Orientasi Kehidupan Kampus di tingkat universitas,
maka maba menjalani masa orientasi di tingkat fakultas; Pengenalan Sistem
Akademin Fakultas (PSAF). Sewaktu saya maba,
OKK berlangsung selama 3 hari dan PSAF selama 5 hari.
Seperti
maba kebanyakan, saya awalnya merasa kegiatan-kegiatan seperti ini tidak jelas
manfaatnya. Tugas yang entah apa
maksudnya, pembuatan segala pernak-pernik kegiatan, segala orasi dan mars,
diskusi kelompok, artikel, pelatihan aksi, motivation
training berbagai tema, ditambah dilangsungkan waktu bulan puasa. Lengkap
sudah alasan seorang maba untuk mangkir seseringnya.
Sewaktu
PSAF, maba dari 6 departemen yang ada di fakultas saya; Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Farmasi (sekarang menjadi fakultas), dan Geografi dibagi
menjadi kelompok-kelompok. Dalam kelompok-kelompok tersebut, mahasiswa
mendapatkan tugas-tugas yang harus mereka kerjakan selama PSAF
berlangsung. Beberapa hal yang umum
dijadikan sebagai tugas kami adalah esai mengenai alasan masuk departemen masing-masing
dan target kelulusan, dan apa yang akan dilakukan setelah lulus. Maba juga ditugaskan membuat artikel dengan
tema yang sudah ditentukan, tugas wawancara civitas academica di fakultas, dan
biografi singkat tokoh teladan.
Khusus
untuk wawancara, maba tidak hanya mewawancarai seniornya, namun juga dosen,
satpam, bahkan pedagang kantin.
Diharapkan mereka dapat segera mengenal dengan baik lingkungan yang akan
ada disekelilingnya selama 4 tahun atau lebih.
Dalam proses wawancara itu pula, maba bisa mendapatkan berbagai info
mengenai pengalaman dan pengetahuan mengenai organisasi, jurusan yang dia
pilih, kehidupan di fakultas kami, hingga berbagai pengalaman mengenai profesi
atau riset yang dijalani seniornya.
Memang
seperti yang sudah diduga oleh panitia, tidak ada atau sedikit sekali mahasiswa
yang menyelesaikan seluruh tugas yang diberikan dengan baik. Memang ada saja
kelakukan dan alasan maba. Ada yang belum bisa beradaptasi lah, ketiduran lah,
rumah jauh lah, sakit kambuhan lah, banyak kesibukan di luarlah, tidak bisa
internetan lah, disuruh mengantar mama ke salon lah, laptop rusak lah, dan
ratusan alasan lain yang masuk akal maupun mengada-ada, yang sungguhan atau
dibuat-buat dengan lihai ala maba. Saya
tahu ini karena tidak hanya pernah menjadi maba, pada tahun kedua,ketiga, dan
keempat saya melibatkan diri di kepanitiaan PSAF.
Kalau dulu alasan saya apa ya, hmm. Saat
tugas membuat Scrap Book saya tidak
selesai, saya bilang kepanitia kalau saya kehabisan kardus karena di kukusan,
tempat saya ngekos, seluruh kardus di warung-warung diborong oleh mahasiswa,
yang juga untuk buat Scrap Book. Kalian sudah tahu kan ya apa itu Scrap Book ?
Ketika tugas mewawancarai ketua lembaga
saya tidak lengkap, saya beralasan kalau salah satu ketua lembaga yang
seharusnya saya dan teman-teman wawancarai tidak bisa saya temui saking
sibuknya. Saya yakin kakak yang satu ini
bakal jadi orang penting negeri ini karena dia sudah punya salah satu syarat,
(sok) sibuk luar biasa.
Ketika
saya kepergok datang ke kampus naik ojek, saya pun punya alasan. Saya bilang
karena saya ketinggalan kemeja putih, yang harus saya kenakan hari itu, maka
saya pulang ke rumah. Karena saya harus datang ke kampus paling lambat jam
setengah tujuh pagi, dan saya tidak diizinkan naik kendaraan pribadi atau
diantar orang tua, dan karena saya sarapan dulu dan karena Jakarta macet luar
biasa, dan karena-karena yang lain maka saya pun terlambat datang ke
kampus. Semua hal ini saya sampaikan ke
senior panitia, yah, senior dalam hal-hal seperti ini selalu benar, tapi yang
namanya alasan, itu juga selalu benar. Jadi karena kita berdua merasa benar, kesimpulannya
ya tetap saja saya dihukum. Kan saya yang waktu itu berstatus maba
Ngomong-ngomong
soal dihukum, selama 5 hari pelaksaan PSAF, saya menjadi “terhukum” dan
“dipertontonkan” di depan teman lain seangkatan sebanyak 4 kali. Bayangkan, 5
hari pelaksanaan kegiatan, 4 kali saya maju ke depan panggung dengan berbagai
alasan. Saya memang bukan maba teladan. Tentu saja suasana saat itu “cukup
tegang” karena sesi seperti ini selalu dilaksanakan ketika panitia dari komisi
disiplin (komdis) sedang melaksanakan tugasnya.
Tugas yang mereka lakukan dengan begitu bersemangat. Mendetensi adek kelasnya sampai tegang.
Tapi
saya tahu kalau apa yang dilakukan senior-senior di panitia komdis ini hanyalah
suatu peran. Mereka sesuai namanya
memerankan para penegak disiplin. Yang mereka tegakkan adalah semangat dan
antusiasme kami maba yang masih seperempat-seperempat (karena tidak sampai
setengah-setengah), loyo, klemer-klemer dan ogah-ogahan. Saya pernah juga jadi panitia komdis di PSAF
2010, waktu itu saya rasa saya cukup galak juga. Hehe.
Kami maba dikumpulkan di aula utama
gedung B. Gedung B adalah gedung yang
paling jelas terlihat dari samping jalan kalau kamu melewati FMIPA UI, lurus
dari taman selamat datang dan kawasan DPR.
Bukan, bukan DPR Dewan Perwakilan Rakyat (siapa) yang ada di senayan,
DPR FMIPA UI adalah suatu kawasan tempat sebagian besar aktivitas mahasiswa
diluar perkuliahan terjadi. DPR adalah
kepanjangan dari Dibawah Pohon Rindang. Entas siapa pencetusnya pertama kali.
Kalau kamu sempat ke fakultas kami,
kawasan DPR ditanda dengan beberapa pohon beringin yang tumbuh di sana-sini dan
banyak aktivitas mahasiswa dilakukan, mulai dari janji bertemu kekasih, diskusi
tugas dan ujian, bermain musik sore hari hingga persiapan aksi ke bundaran
HI.
Di
dalam aula utama gedung B, yang memang tidak terlalu luas, maba melalui
rangkaian acara PSAF nya. Jumlah maba,
yang pada tahun angkatan saya saja sudah mencapai 550 sesungguhnya sudah
membuat aula utama terasa sesak. Dipastikan maba peluh berkeringat walaupun
dengan AC menyala disana sini. Dilaksanakan bulan puasa, diadakan di aula
utama, dipandu komisi disiplin nan setia, menjadikan PSAF kami begitu
“bermakna”.
Ada
sisi positifnya departemen Farmasi menjadi fakultas, aula utama menjadi tidak
terlalu penuh saat kegiatan PSAF.
Sebagai informasi, mahasiswa Farmasi bisa mencapai 150 orang tiap
tahunnya. Tadinya sih saya pikir dengan tidak adanya mereka di PSAF kami, maba
setidaknya sekarang bisa lebih menselonjorkan kakinya saat kegiatan
berlangsung, yah biar lebih santai, tapi ternyata kebijakan baru adanya kelas
parallel di semua departemen menyebabkan jumlah maba tidak terlalu berbeda.
Maka aula utama tetap begitu penuh.
Memang
tidak semua kegiatan dilangsungkan di dalam aula utama, beberapa kegiatan
diadakan secara outdoor, misalnya
pelatihan aksi massa.
Pelatihan aksi biasanya diadakan di
lapangan olahraga fakultas. Di tempat ini kami mahasiswa
abru satu fakultas akan dipandu dalam menjalani aksi massa yang mungkin kelak
kita lakukan. Di sesi ini maba akan mempelajari bagaimana sebuah aksi berjalan,
membuat pagar manusia (border) yang
kuat, mengatasi aksi represif aparat, dan juga orasi. Maba satu angkatan dituntut untuk solid,
saling bahu membahu dan menjaga selama aksi berlangsung, tidak terpancing
provokasi dan tetap beraksi secara elegan.
Biar bagaimanapun, kita adalah mahasiswa Universitas Indonesia.
Sesi ini diakhiri dengan evaluasi
panitia PSAF untuk kami maba selama kegiatan dilangsungkan. Yah, yang namanya maba,
tentu saja kami dibilang belum maksimal menjalani rangkaian kegiatan dan
diminta memperbaiki diri selama berkuliah di fakultas ini. Alhamdulillah, kami maba senang sekali masa
orientasi di tingkat fakultas ini akhirnya selesai. Lega rasanya besok tidak lagi bertemu dengan
senior komdis yang setulus hati marah sama kami saban hari.
Di hari terakhir ini pula dipilih ketua
angkatan fakultas. Ketua angkatan
fakultas bersama ketua angkatan di tingkat departemen berperan memimpin maba
terutama dalam beberapa kegiatan di awal-awal masa kehidupan kampus kami. Suatu kesempatan berharga didapatkan maba
yang menjadi ketua angkatan memimpin orang-orang dari berbagai latar belakang.
Di
kemudian hari, orang-orang terpilih ini memilik peran yang besar dalam
melanjutkan estafet kepemimpinan dan jalannya roda kemahasiswaan di fakultas
saya, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
0 comments:
Post a Comment