Wednesday, January 15, 2014

KALEIDOSKOP

KALEIDOSKOP


            Biasanya selain Resolusi istilah Kaleidoskop menjadi popular menjelang pergantian tahun.

            Kaleidoskop kurang lebih bisa diartikan sebagai suatu penyampaian atau penggambaran kilas balik dari momen-momen penting yang terjadi pada tahun yang akan/sudah dilalui.

            Kalau ditulisan sebelumnya saya sudah menulis tentang “ Resolusi Kecil “ , di tulisan kali ini saya ingin bercerita tentang Kaleidoskop Besar saya pada tahun 2013 lalu.

            Lho kok Resolusi nya Kecil tapi Kaleidoskop nya besar ?

            Iya begitu lah cara saya (akan) bekerja mulai dari sekarang, menyusun Resolusi Kecil dengan disiplin proses yang terukur, dengan harapan pada akhirnya, di akhir setiap tahun atau periode saya berhasil mencapai hal-hal yang lebih besar untuk disampaikan pada Kaleidoskop.

            Di tahun 2013, secara garis besar, Kaleidoskop saya berkisar atas 3 hal berikut.

1. Hari-hari perjuangan menggapai gelar Sarjana Sains.

Bisa digambarkan pada periode ini, saya meluangkan sebagian besar waktu saya untuk menyelesaikan studi di Departemen Biologi Universitas Indonesia. Hari-hari mengambil data di laboratorium, menuliskan hasil pengamatan, menyusun karya tulis, bolak-balik ketemu dosen pembimbing dan penguji. Belum lagi dengan serangkaian berkas-berkas dan mekanisme administrasi yang menurut saya begitu rumit di jurusan tempat saya kuliah.

Oh ya, betul sekali. Urusan administrasi kemahasiswaan terlebih menjelang masa sidang sarjana di departemen saya sungguh-sungguh-sungguh rumit dan menjemukan.

Di periode ini pula saya merasa terjepit secara finansial. Bukan apa-apa, untuk menyelesaikan studi, saya perlu waktu yang lebih banyak dan perhatian yang lebih fokus untuk satu hal saja, gelar sarjana. Itu berarti waktu dan fokus saya untuk mengerjakan hal lain akan menjadi berkurang bahkan tidak sama sekali. Salah satunya adalah mengajar bimbel BTA 8. Padahal saat saya mahasiswa, gaji dari mengajar di BTA 8 menjadi sumber penghasilan saya yang paling utama. Dan memang, jumlahnya pun lumayan. Tidak hanya untuk membayar kos dan biaya makan, dengan uang tersebut saya sering masih bisa membeli baju, sepatu, atau buku.

Tiga bulan saya praktis berhenti mengajar demi menggapai gelar sarjana untuk orang tua. Akhirnya himpitan finansial dan rasa enggan saya untuk meminta uang ke orang tua membuat saya mengambil langkah taktis.

Saya menjual motor saya.

Hasil penjualan motor saya gunakan untuk keperluan mencetak skripsi, membayar keperluan wisuda, dan sedikit untuk biaya hidup. Bisa dibilang saat itu saya benar-beanr terjepit. Biarlah, asalkan gelar sarjana bisa saya jadikan untuk oleh-oleh.

Sejujurnya saat itu saya juga sedang cemas-cemas nya. Setelah lulus, saya mau kerja jadi apa ya ?


Saya tidak tahu apakah ini kebodohan, jenius, atau ceroboh.

Di antara himpitan finansial yang saya alami pada masa-masa akhir studi, saya memutuskan untuk merintis usaha!

Adalah seorang Motivator bernama Ippho Santosa yang secara tidak langsung membuat saya berani memulai bisnis. Sebelumnya saya sudah banyak membaca buku-buku beliau. Dan dalam suatu seminar bertajuk “ 7 Keajaiban Rezeki “ , saya rasa saya tertular virus nekat berwirausaha.

Alasan pemilihan bimbel pun cukup klasik, saya  ingin menjadi diri saya sendiri.

Mungkin banyak yang sudah tahu dan bosan mendengarnya, passion saya memang mengajar. Itulah alasan saya suka bekerja paruh-waktu sebagai pengajar bimbel. Itulah alasan saya kemudian memilih bimbingan belajar sebagai bisnis yang ingin saya mulai.

Bimbingan Belajar Salman Edukasi


Oh iya, bimbingan belajar Salman Edukasi bukan bisnis pertama yang saya jalani. Saya pernah menjalani MLM, jualan buku, nyebar brosur, percetakan kaos, penyewaan alat music, rumah makan, bisnis herbarium. Macam-macam bisnis dan profesi pernah saya jalani.

Memulai Salman Edukasi tidak gampang-gampang-susah, tapi susah-susah-gampang. Lebih banyak susahnya. Alasan utamanya karena saya baru merasakan kesulitan nya menjalani sebuah bisnis yang dirasa mudah tapi ternyata tidak. Berbagai aspek dalam berbisnis, yang mungkin saya gagal pelajari selama ini, ternyata menemukan medan penerapannya di Salman Edukasi.

Sejak memulai Salman Edukasi pula saya jadi rutin membaca buku-buku bisnis dan motivasi, ikut berbagai seminar, rajin sedekah dan meningkatkan ibadah-ibadah sunah. Saya merasa, sejak mulai menjalani Salman Edukasi pula saya terdorong untuk lebih meluangkan waktu untuk keluarga dan orang tua.

Saya beruntung menjalani hari-hari di Salman Edukasi bersama teman-teman baik; Aprilia Nurfitrianti, Mohammad Hindarto, dan Hanum Dhiani. Terkadang ada Iqbal Pirzada juga. Membangun bisnis dapat berlangsung lebih menyenangkan  

Boleh saya promosi bisnis saya ?

Untuk informasi dan pendaftaran silahkan hubungi nomor 021 9031 3941 / 27CB4E64 atau lihat berbagai info dan promo menarik di www.salmanedukasi.com dan twitter @SalmanEdukasi. Akun Facebook kami adalah “ Teman Belajar Mu “

3. Mengajar di Kelas Internasional Kurikulum Cambridge SMA Negeri 28.

Hidup memang penuh kejutan ya. Allah benar-benar sudah mempersiapkan semua.

Awalnya saya aga galau menjelang hari siding sarjana saya. Galau nya jelas akan melakukan apa setelah jadi sarjana. Dan sejujurnya saya merasa bahwa fresh man dari departemen Biologi tempat saya menempuh studi tidak berhasil men-encourage para junior atau teman seangkatan nya dalam bekerja atau meraih pekerjaan.

Yang saya lebih sering dengar, kalau saya tidak salah dan boleh jujur, adalah nada-nada minor para lulusan yang susah mendapatkan pekerjaan, tidak tahu ingin melakukan apa pasca kelulusan, atau terjebak dalam pekerjaan bergaji seadanya dengan jam kerja bersaing erat dengan buruh pabrik.

Mana tidak galau kita yang belum lulus kalau mendengar semua itu ?

Saya pribadi juga merasa bahwa sistem perekrutan fresh graduate cenderung tidak adil terhadap lulusan dari bidang ilmu MIPA. Jarang sekali lowongan pekerjaan yang mensyaratkan secara terang benderang membutuhkan lulusan dari MIPA. Paling banyak kalau All Major, itu berarti perusahaan membutuhkan pekerja lintas bidang ilmu.

Menarik apa yang salah satu teman saya bilang

Kita di bidang ilmu sains murni ini memang sudah harus menerima kodrat bahwa lulusan dari ilmu sains tidak mungkin bisa mendapatkan pekerjaan bergaji besar. Relung kita memang di dunia riset dan pendidikan.

Sayang sekali di kedua dunia itu, nasib lulusan bidang ilmu sains murni pun terdengar lebih banyak murungnya.

Ah saya salahkan sistem saja deh. Lebih enak.

Eh tapi saya tidak ingin fokus kesitu.

Nah, sewaktu di depan ruang sidang, pada hari itu saya kembali memohon pada Nya. Saya memohon agar dapat menjalani pekerjaan sesuai passion saya namun dapat memberi saya kondisi finansial yang mencukupi serta waktu luang untuk beribadah dan menengok orang tua secara rutin. Lalu saya mensedekahkan sebagian besar uang sisa hasil penjualan motor ke Masjid UKHUWAH ISLAMIYAH (UI) untuk program Wakaf Al-Qur'an yang sedang mereka jalankan.

Bukan nya gugup menjalani siding sarjana, saya gugup terhadap masa depan yang akan saya jalani!

           Allah SWT memang sudah mengatur rezeki semua hamba-Nya, dari hewan melata dan burung yang berterbangan, hingga seluruh umat manusia segala ras dan agama. Alhamdulillah.

            Beberapa hari setelah pengumuman kelulusan saya, lewat salah satu dosen pembimbing yang menghubungkan saya dengan salah seorang senior saya di departemen Biologi, saya mendapatkan tawaran untuk mengajar di SMA N 28. Tawaran mengajar ini tidak main-main. Saya diminta mengajar untuk program internasional.

           Sejujurnya saya tidak punya pengalaman mengajar di program internasional sebelumnya. Saya hanya pernah mengajar beberapa kali privat siswa-siswa yang mengambil progam internasional. Saya mengetahui dari situ bahwa terdapat dua program internasional yang umum diterapkan oleh lembaga pendidikan dunia. Pertama adalah Cambridge Curriculum dan yang kedua adalah International Bachelor (IB).

        Perasaan saya saat itu begitu excited, sekaligus begitu gugup karena akan menjalani tes mengajar langsung di depan para siswa. Namun, saya nothing to lose, saya hanya tinggal mempersiapkan sebaik mungkin, dan biarlah Allah yang menentukan. Rejeki gak akan kemana.

       Alhamdulillah. Setelah tes wawancara dan mengajar di kelas (dengan bahasa Inggris), saya dinyatakan lolos diantara para calon pengajar lain. Mulai bulan Juli pertengahan saya mulai mengajar di SMA N 28 hingga sekarang dan Insha Allah dalam beberapa tahun mendatang. Sewaktu mengajar itu, bisa dibilang saya masih berstatus sebagai mahasiswa. Saya baru diwisuda pada bulan September.
 

           Dan, salah satu yang terbaik dari profesi ini, jam kerja nya cukup lowong untuk saya melakuka banyak hal lain; mengurus dan membesarkan Salman Edukasi, melakukan solat dhuha, dan tentu saja menjengok orang tua sering-sering.

        Alhamdulillah, tahun 2013 berlalu dengan baik untuk saya. Saya berdoa agar kamu, dan kita semua dapat menjalani 2014 dengan Resolusi Kecil masing-masing dan menutupnya dengna Kaleidoskop besar di akhir tahun. Aamiin.


















  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 comments:

Post a Comment