KALEIDOSKOP
Biasanya selain Resolusi istilah Kaleidoskop menjadi
popular menjelang pergantian tahun.
Kaleidoskop kurang lebih bisa diartikan sebagai suatu
penyampaian atau penggambaran kilas balik dari momen-momen penting yang terjadi
pada tahun yang akan/sudah dilalui.
Kalau ditulisan sebelumnya saya sudah menulis tentang “
Resolusi Kecil “ , di tulisan kali ini saya ingin bercerita tentang Kaleidoskop
Besar saya pada tahun 2013 lalu.
Lho kok Resolusi nya Kecil tapi Kaleidoskop nya besar ?
Iya begitu lah cara saya (akan) bekerja mulai dari
sekarang, menyusun Resolusi Kecil dengan disiplin proses yang terukur, dengan
harapan pada akhirnya, di akhir setiap tahun atau periode saya berhasil
mencapai hal-hal yang lebih besar untuk disampaikan pada Kaleidoskop.
Di tahun 2013, secara garis besar, Kaleidoskop saya
berkisar atas 3 hal berikut.
1.
Hari-hari perjuangan menggapai gelar Sarjana Sains.
Bisa
digambarkan pada periode ini, saya meluangkan sebagian besar waktu saya untuk
menyelesaikan studi di Departemen Biologi Universitas Indonesia. Hari-hari
mengambil data di laboratorium, menuliskan hasil pengamatan, menyusun karya
tulis, bolak-balik ketemu dosen pembimbing dan penguji. Belum lagi dengan
serangkaian berkas-berkas dan mekanisme administrasi yang menurut saya begitu
rumit di jurusan tempat saya kuliah.
Oh
ya, betul sekali. Urusan administrasi kemahasiswaan terlebih menjelang masa
sidang sarjana di departemen saya sungguh-sungguh-sungguh rumit dan menjemukan.
Di
periode ini pula saya merasa terjepit secara finansial. Bukan apa-apa, untuk
menyelesaikan studi, saya perlu waktu yang lebih banyak dan perhatian yang
lebih fokus untuk satu hal saja, gelar sarjana. Itu berarti waktu dan fokus
saya untuk mengerjakan hal lain akan menjadi berkurang bahkan tidak sama sekali.
Salah satunya adalah mengajar bimbel BTA 8. Padahal saat saya mahasiswa, gaji
dari mengajar di BTA 8 menjadi sumber penghasilan saya yang paling utama. Dan
memang, jumlahnya pun lumayan. Tidak hanya untuk membayar kos dan biaya makan,
dengan uang tersebut saya sering masih bisa membeli baju, sepatu, atau buku.
Tiga
bulan saya praktis berhenti mengajar demi menggapai gelar sarjana untuk orang
tua. Akhirnya himpitan finansial dan rasa enggan saya untuk meminta uang ke
orang tua membuat saya mengambil langkah taktis.
Saya
menjual motor saya.
Hasil
penjualan motor saya gunakan untuk keperluan mencetak skripsi, membayar
keperluan wisuda, dan sedikit untuk biaya hidup. Bisa dibilang saat itu saya
benar-beanr terjepit. Biarlah, asalkan gelar sarjana bisa saya jadikan untuk
oleh-oleh.
Sejujurnya
saat itu saya juga sedang cemas-cemas nya. Setelah lulus, saya mau kerja jadi
apa ya ?
2.
Memulai bisnis bimbingan belajar Salman Edukasi.
Saya
tidak tahu apakah ini kebodohan, jenius, atau ceroboh.
Di
antara himpitan finansial yang saya alami pada masa-masa akhir studi, saya
memutuskan untuk merintis usaha!
Adalah
seorang Motivator bernama Ippho Santosa yang secara tidak langsung membuat saya
berani memulai bisnis. Sebelumnya saya sudah banyak membaca buku-buku beliau.
Dan dalam suatu seminar bertajuk “ 7 Keajaiban Rezeki “ , saya rasa saya
tertular virus nekat berwirausaha.
Alasan
pemilihan bimbel pun cukup klasik, saya
ingin menjadi diri saya sendiri.
Mungkin
banyak yang sudah tahu dan bosan mendengarnya, passion saya memang mengajar.
Itulah alasan saya suka bekerja paruh-waktu sebagai pengajar bimbel. Itulah
alasan saya kemudian memilih bimbingan belajar sebagai bisnis yang ingin saya
mulai.
Oh
iya, bimbingan belajar Salman Edukasi bukan bisnis pertama yang saya jalani. Saya
pernah menjalani MLM, jualan buku, nyebar brosur, percetakan kaos, penyewaan
alat music, rumah makan, bisnis herbarium. Macam-macam bisnis dan profesi
pernah saya jalani.
Memulai
Salman Edukasi tidak gampang-gampang-susah, tapi susah-susah-gampang. Lebih
banyak susahnya. Alasan utamanya karena saya baru merasakan kesulitan nya
menjalani sebuah bisnis yang dirasa mudah tapi ternyata tidak. Berbagai aspek
dalam berbisnis, yang mungkin saya gagal pelajari selama ini, ternyata
menemukan medan penerapannya di Salman Edukasi.
Sejak
memulai Salman Edukasi pula saya jadi rutin membaca buku-buku bisnis dan
motivasi, ikut berbagai seminar, rajin sedekah dan meningkatkan ibadah-ibadah
sunah. Saya merasa, sejak mulai menjalani Salman Edukasi pula saya terdorong
untuk lebih meluangkan waktu untuk keluarga dan orang tua.
Saya
beruntung menjalani hari-hari di Salman Edukasi bersama teman-teman baik;
Aprilia Nurfitrianti, Mohammad Hindarto, dan Hanum Dhiani. Terkadang ada Iqbal
Pirzada juga. Membangun bisnis dapat berlangsung lebih menyenangkan
Boleh
saya promosi bisnis saya ?
Untuk
informasi dan pendaftaran silahkan hubungi nomor 021 9031 3941 / 27CB4E64 atau
lihat berbagai info dan promo menarik di www.salmanedukasi.com dan twitter @SalmanEdukasi. Akun Facebook kami
adalah “ Teman Belajar Mu “
3.
Mengajar di Kelas Internasional Kurikulum Cambridge SMA Negeri 28.
Hidup
memang penuh kejutan ya. Allah benar-benar sudah mempersiapkan semua.
Awalnya
saya aga galau menjelang hari siding sarjana saya. Galau nya jelas akan
melakukan apa setelah jadi sarjana. Dan sejujurnya saya merasa bahwa fresh man
dari departemen Biologi tempat saya menempuh studi tidak berhasil men-encourage
para junior atau teman seangkatan nya dalam bekerja atau meraih pekerjaan.
Yang
saya lebih sering dengar, kalau saya tidak salah dan boleh jujur, adalah
nada-nada minor para lulusan yang susah mendapatkan pekerjaan, tidak tahu ingin
melakukan apa pasca kelulusan, atau terjebak dalam pekerjaan bergaji seadanya
dengan jam kerja bersaing erat dengan buruh pabrik.
Mana
tidak galau kita yang belum lulus kalau mendengar semua itu ?
Saya
pribadi juga merasa bahwa sistem perekrutan fresh graduate cenderung tidak adil
terhadap lulusan dari bidang ilmu MIPA. Jarang sekali lowongan pekerjaan yang
mensyaratkan secara terang benderang membutuhkan lulusan dari MIPA. Paling
banyak kalau All Major, itu berarti perusahaan membutuhkan pekerja lintas
bidang ilmu.
Menarik
apa yang salah satu teman saya bilang
Kita di bidang ilmu sains murni ini memang sudah
harus menerima kodrat bahwa lulusan dari ilmu sains tidak mungkin bisa
mendapatkan pekerjaan bergaji besar. Relung kita memang di dunia riset dan
pendidikan.
Sayang
sekali di kedua dunia itu, nasib lulusan bidang ilmu sains murni pun terdengar
lebih banyak murungnya.
Ah
saya salahkan sistem saja deh. Lebih enak.
Eh
tapi saya tidak ingin fokus kesitu.
Nah,
sewaktu di depan ruang sidang, pada hari itu saya kembali memohon pada Nya.
Saya memohon agar dapat menjalani pekerjaan sesuai passion saya namun dapat
memberi saya kondisi finansial yang mencukupi serta waktu luang untuk beribadah
dan menengok orang tua secara rutin. Lalu saya mensedekahkan sebagian besar uang sisa hasil penjualan motor ke Masjid UKHUWAH ISLAMIYAH (UI) untuk program Wakaf Al-Qur'an yang sedang mereka jalankan.
Bukan
nya gugup menjalani siding sarjana, saya gugup terhadap masa depan yang akan
saya jalani!
Allah SWT memang sudah mengatur rezeki semua hamba-Nya,
dari hewan melata dan burung yang berterbangan, hingga seluruh umat manusia
segala ras dan agama. Alhamdulillah.
Beberapa hari setelah pengumuman kelulusan saya, lewat
salah satu dosen pembimbing yang menghubungkan saya dengan salah seorang senior
saya di departemen Biologi, saya mendapatkan tawaran untuk mengajar di SMA N
28. Tawaran mengajar ini tidak main-main. Saya diminta mengajar untuk program
internasional.
Sejujurnya saya tidak punya pengalaman mengajar di
program internasional sebelumnya. Saya hanya pernah mengajar beberapa kali
privat siswa-siswa yang mengambil progam internasional. Saya mengetahui dari
situ bahwa terdapat dua program internasional yang umum diterapkan oleh lembaga
pendidikan dunia. Pertama adalah Cambridge Curriculum dan yang kedua adalah
International Bachelor (IB).
Perasaan saya saat itu begitu excited, sekaligus begitu
gugup karena akan menjalani tes mengajar langsung di depan para siswa. Namun,
saya nothing to lose, saya hanya tinggal mempersiapkan sebaik mungkin, dan
biarlah Allah yang menentukan. Rejeki gak akan kemana.
Alhamdulillah. Setelah tes wawancara dan mengajar di
kelas (dengan bahasa Inggris), saya dinyatakan lolos diantara para calon pengajar
lain. Mulai bulan Juli pertengahan saya mulai mengajar di SMA N 28 hingga
sekarang dan Insha Allah dalam beberapa tahun mendatang. Sewaktu mengajar itu,
bisa dibilang saya masih berstatus sebagai mahasiswa. Saya baru diwisuda pada
bulan September.
Dan, salah satu yang terbaik dari profesi ini, jam kerja
nya cukup lowong untuk saya melakuka banyak hal lain; mengurus dan membesarkan
Salman Edukasi, melakukan solat dhuha, dan tentu saja menjengok orang tua
sering-sering.
Alhamdulillah, tahun 2013 berlalu dengan baik untuk saya.
Saya berdoa agar kamu, dan kita semua dapat menjalani 2014 dengan Resolusi
Kecil masing-masing dan menutupnya dengna Kaleidoskop besar di akhir tahun.
Aamiin.
0 comments:
Post a Comment