Berdasarkan
pengalaman saya, adalah sulit dan hampir mustahil melestarikan sumber daya
seperti air tanpa peran serta aktif para penggunanya (masyarakat). Sebagai
suatu sumber daya yang (sekilas tampak) begitu melimpah jumlahnya, air tampak
tidak terlalu menarik bagi masyarakat untuk dilestarikan. Air dapat ditemukan dengan begitu mudah
dimana-mana, jadi kenapa pula kita repot-repot menjaga dan melestarikannya ?
Namun,
apa yang saya amati di masyarakat saya sejauh ini membuat saya mengkritisi
mitos tentang air ini. Alih-alih percaya kekekalan air sebagai suatu sumber
daya, saya malah berani menyimpulkan bahwa kita sedang berada pada kondisi
darurat air ! . Darurat secara kualitas
dan kuantitas.
Masyarakat Darurat Air Minum
Saya
tinggal di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Suatu daerah yang tidak
hanya dikenal sebagai salah satu titik rawan macet, namun juga kawasan yang
kurang tertata rapi serta padat dengan penduduk. Saya lahir dan tumbuh besar di daerah seperti
ini.
Memasuki
tahun 2000-an kawasan Mampang Prapatan makin maju secara ekonomi, berimbas dari
makin membaiknya perekonomian Indonesia.
Mampang Prapatan pun makin padat dengan penduduk dan hal ini tentu saja
berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan terbuka hijau. Semakin banyak rumah maupun kontrakan semi
permanen yang berdiri di kawasan ini.
Bahkan jalan umum yang dahulunya cukup dilewati sebuah mobil, sekarang
makin menyempit saja akibat berdirinya bangunan-bangunan baru di bahu jalan.
Seperti
yang sudah umum diketahui, lahan terbuka hijau selain berfungsi sebagai
pembersih polusi udara, juga berfungsi sebagai daerah penyerapan air. Karena daerah yang menyerap air makin
berkurang jumlahnya, maka sewaktu hujan turun, tidak banyak debit air yang bisa
tersimpan dalam tanah. Sewaktu musim
kemarau, karena tidak cukupnya simpanan debit air didalam tanah, maka musibah
kekeringan hebat pun terjadi. Siklus ini
terus berulang dan makin parah akibat nya dari tahun ke tahun. Kedua masalah
terebut adalah masalah akut yang juga dihadapi di berbagai daerah lain di
Jakarta dan Indonesia. Baik banjir maupun kekeringan tentu sangat menggangu
jalannya roda kehidupan masyarakat.
Fenomena
berkurangnya lahan hijau lambat laun juga berakibat dengan menurunnya kuantitas
dan kualitas sumber daya air yang ada di kawasan. Sebagai contoh di rumah keluarga saya yang
memang (tadinya) masih menggunakan air tanah sebagai sumber utama kebutuhan air.
Dari cerita Bapak, saya mengetahui bahwa pada awalnya kedalaman sumur untuk
pompa air di rumah kami adalah 3-4 meter, tapi sekarang kedalaman sumur itu
adalah 12 meter !. Dengan kata lain, makin lama, kita perlu menggali sumur
lebih dalam untuk mendapatkan air. Lapisan tanah yang terus menurun ini tentu
berbahaya untuk bangunan dan orang yang hidup diatasnya.
Kuantitas debit air pun terus menurun padahal
air tanah tersebut tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga
namun juga industri rumah tangga pembuatan tempe yang orang tua saya jalankan.
Orang tua sudah memikirkan untuk menghentikan industri skala kecil ini apabila
kebutuhan air tidak terpenuhi. Apalagi
kami juga harus memikirkan ketersediaan air untuk masyarakat sekitar.
Secara
kualitas, air di kawasan ini pun menjadi semakin buruk. Dulu keluarga kami masih berani menggunakan
air untuk minum dan memasak, namun ketika sekarang terlihat banyak endapan
berwarna hitam di air keran bahkan setelah dimasak, keluarga kami pun beralih
menggunakan air minum mineral dari galon dispenser. Namun, harga air mineral
galon relatif mahal, selain itu juga tidak praktis karena setelah membeli atau
memesan dari agen terdekat, salah satu anggota keluarga harus repot untuk
memasang galon tersebut ke dispenser air.
Biasanya saya atau bapak yang memasang galon tersebut ke dispenser, tapi
ketika kami berdua tidak ada dirumah, maka ibu lah yang mengangkat galon yang
begitu berat itu...
Ketergantungan
terhadap air mineral galon seringkali membuat keluarga kami tidak memiliki
pilihan lain untuk mendapatkan air minum yang sehat. Terkadang stok air mineral
galon di pasar menjadi langka. Harganya pun menjadi selangit akibat permainan
harga para spekulan. Ketika air mineral
galon menjadi tidak ada sama sekali di pasaran, keluarga kami pun kembali menjadikan
air tanah yang dimasak menjadi sumber air minum utama dengan segala resiko
kesehatannya. Air isi ulang yang marak
dimasyarakat pun tidak terjamin kebersihan dan kesehatannya.
Kondisi
yang terjadi pada keluarga saya juga dialami oleh warga yang lain. Sudah tidak ada lagi yang berani memasak air
tanah untuk memenuhi kebutuhan air minumnya.
Sekarang kami beramai-ramai menggunakan air mineral galon dan air isi
ulang tanpa ada pilihan lain. Kita sudah
memasuki masa-masa darurat air minum.
Kita
beruntung sekarang ada Pureit Water Purifier dari Unilever. Kita tidak perlu
repot-repot memasang galon air mineral untuk mendapatkan air minum. Kita pun
tidak perlu lagi memasak air tanah yang beresiko terhadap kesehatan karena air
hasil teknologi penyaringan Pureit dapat langsung diminum. Kualitas air yang
dihasilkan pun sehat dan aman untuk diminum karena bakteri, virus dan parasit
yang ada telah dihilangkan. Air yang dihasilkan pun tetap jernih
dengan rasa yang tetap alami, tidak seperti rasa air dari metode penjernih yang
lain. Keluarga saya pun akan segera beralih untuk menggunakan Pureit di rumah. Pureit
memang penting dimiliki oleh setiap keluarga. Harga Pureit dari Unilever ini
pun cukup terjangkau semua kalangan.
Harganya menjadi murah jika kita melihat betapa besar manfaat yang kita
dapatkan. Pureit tidak memerlukan sambungan ke keran air, tidak memerlukan
listrik ataupun gas. Kita hanya perlu menuangkan air tanah/PAM mentah ke dalam Pureit. Pureit memiliki kapasitas yang besar dengan kapasitas wadah atas dan
wadah transparan masing-masing 9 liter. Tersedia dua pilihan warna yang dapat
kita pilih yaitu putih biru dan putih marun.
PUREIT: Produk Water Purifier Yang Inovatif |
Mengapa Pureit lebih baik ? Memang ada banyak cara untuk memurnikan air,
namun itu bisa jadi sangat merepotkan karena memerlukan listrik dan gas. Memasak
air pun tidak praktis, dan rasa air minum kurang enak, selain itu harga gas pun
relatif mahal. Menggunakan air mineral galon isi ulang tidak aman dan tetap
saja merepotkan.
Keunggulan PUREIT Dibandingkan Metode Lain |
Mungkin masih banyak kalangan meragukan kualitas air minum Pureit. Namun, berbagai instansi sudah melakukan uji
kualitas diantaranya adalah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi
Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Selain itu berbagai sertifikasi serta
penghargaan dalam dan luar negeri sudah didapatkan. Salah satunya adalah penghargaan yang
diberikan badan PBB untuk kebudayaan (UNESCO) terkait peran serta Pureit dalam
ketersediaan air bersih di India.
Penghargaan Dari UNESCO Untuk Produk PUREIT |
Pureit memiliki 4 tahap pemurnian air untuk menghasilkan kualitas air minum
yang aman dan sehat:
1. Saringan serat mikroskopis akan menghilangkan pengotor fisik yang ada di
air yang dimasukkan.
2. Filter Karbon Aktif akan menghilangkan berbagai parasit dan pestisida
yang terkandung di air.
3. Teknologi “ Programmed Disinfection Technology “ akan menghilangkan
bakteri dan virus yang tidak terlihat.
4. Teknologi penjernih yang dimiliki Pureit akan menjernihkan air namun
tidak membuat air menjadi bau dan menjaga rasa alami air.
4 Tahap Pemurnian Air PUREIT Water Purifier |
Selain dengan 4 tahap pemurnian, kualitas air hasil teknologi WaterPurifier Pureit juga dijaga dengan adanya dua jaminan perlindungan:
1. Pureit Gerkill Life Indicator yang dimiliki akan
memberitahu Anda beberapa hari sebelumnya untuk mengganti “ Germkill Kit “. Hal
ini membuat Anda dapat mempersiapkan untuk mendapatkan “ Gerkill Kit “ yang
baru dengan segera sebelum habis.
2. Mekanisme Penghentian Otomatis yang dimiliki Pureit
akan bekerja ketika “ Germkill Kit “ tidak diganti pada waktunya. Aliran air
hasil saringan akan otomatis berhenti keluar hingga penggantian Germkill Kit “
dilakukan. Air akan keluar dari Gerkill Life Indicator sehingga membuat Anda
lebih mawas untuk mengganti “ Germkill Kit”. Hal ini akan menjamin Anda dan
keluarga akan selalu meminum air yang aman dan sehat.
Teknologi Perlindungan PUREIT |
Pureit memiliki komponen Germkill Kit (Perangkat Pembunuh Kuman) yang tahan
lama dan dapat diganti dengan mudah.
Komponen 2,3,4 harus diganti bersamaan setelah sekitar 1500 liter air
dimurnikan atau setara dengan 80 galon dalam waktu normal sekitar 6-8
bulan. Jelaslah betapa sehat dan ekonomisnya
Pureit dibandingkan teknologi pengolahan air minum lainnya.
PUREIT GERM KILL KIT |
Melestarikan Sumber Air di
Masyarakat
Di
kawasan Mampang Prapatan memang banyak berdiri industri skala rumah tangga.
Selain industri pembuatan tempe orang tua yang sudah saya jelaskan diatas, juga
ada industri tahu, oncom, bakpau dan beberapa industri lainnya yang dilakukan
masyarakat. Secara teknis industri-industri ini memerlukan pasokan air dalam
jumlah besar, belum lagi dengan akibat dari limbah yang dihasilkan. Secara langsung atau tidak langsung,
keberadaan industri ini menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya kuantitas
dan kualitas air kawasan. Namun, tidak mungkin menghentikan berjalannya
industri-industri ini karena terkait dengan penghidupan begitu banyak orang. Diperlukan
sebuah terobosan yang inovatif dan kreatif untuk mengatasi masalah ini.
Kesadaran
warga untuk melestarikan dan menjaga sumber daya air memang bisa dikatakan
masih rendah. Saya dapat melihat secara
jelas berbagai aktivitas warga yang bisa dibilang sangat memboroskan air. Warga
pun tampaknya menyadari hal itu. Sayangnya, kesadaran yang sudah “terlanjur
ada” di masyarakat adalah air itu adalah sumber daya yang melimpah dan dapat
ditemukan dengan mudah, sehingga bisa dihamburkan percuma!. Bahkan ketika air tanah yang dimasak tidak
lagi layak untuk diminum dan warga harus beramai-ramai menggunakan air mineral
galon, paradigma masyarakat tidak juga berubah. Masyarakat belum terlalu akrab
dengan konsep penggunaan air tanah secara efektif dan efisien.
Kalaupun
sudah mengalami berbagai musibah berkaitan dengan banjir maupun kekeringan,
ternyata efek jera warga tidak muncul. Mereka merasa banjir dan kekeringan
adalah bagian dari siklus hidup yang mereka jalani dari Tuhan. Paradigma
mayarakat seperti ini tidak salah, tapi juga tidak 100% benar toh ?
Mengubah
kebiasaan dan paradigma di masyarakat tentunya tidak mudah, namun tidak
mustahil buat dilakukan. Masyarakat
harus mulai disadarkan betapa kelestarian sumber daya air adalah hal yang penting
dilakukan untuk menopang kualitas kehidupan mereka.
Pendekatan secara persuasif perlu dilakukan dari bawah
ke atas (bottom-up), dimana
masyarakat menjadi aktor utama dengan didukung peran aktif pemerintah.
Gagasan Saya Untuk Masyarakat
Saya
memiliki beberapa gagasan berkaitan upaya pelestarian sumber daya air dan
pemaksimalam penggunanaan air tanah sebagai sumber air minum. Ide-ide ini tidak hanya dapat diterapkan di
wilayah tempat saya tinggal, namun juga berbagai wilayah lain di Jakarta dan
Indonesia secara umum. Hal ini
dikarenakan ide-ide saya cukup sederhana, mengakar di setiap masyarakat, serta
bersifat holistik (menyeluruh).
Pertama
adalah apa yang saya sebut dengan Taman Warga.
Taman Warga disini adalah sebuah taman yang terletak pada tiap Rukun
Tetangga (RT) atau setidaknya Rukun Warga (RW) dimana berfungsi tidak hanya sebagai
suatu lahan yang penyerapan dan penyimpanan air, namun juga dapat digunakan
warga sekitar sebagai penghijauan dan pengurang polusi udara, sarana rekreasi sederhana,
bermain, dan berolahraga masyarakat. Secara sederhana teknisnya adalah
dibelinya sebidang tanah yang cukup luas dengan uang hasil donasi kolektif warga
setempat. Diatas lahan tersebut kemudian
dapat ditumbuhkan pepohonan yang asri.
Fasilitas lain yang diperlukan lalu dapat didirikan sesuai kebutuhan
masyarakat masing-masing.
Di
kawasan tempat tinggal saya, sebenarnya hal seperti ini pernah diterapkan, saat
itu diatas lahan seperti ini didirikan sarana olahraga. Setelah mekanisme
musyawarah, awalnya lahan itu diberikan secara sukarela oleh pemiliknya (yang
merupakan warga asli Jakarta) agar dapat digunakan dalam pendirian sarana
olahraga warga. Namun, karena dikemudian hari dilihat tidak menguntungkan
secara ekonomis oleh sang pemilik lahan, maka “pemberian secara sukarela“ itu
pun dibatalkan. Tanah pun diklaim lagi oleh sang pemilik, sarana olahraga yang
sudah didirikan pun harus dibongkar kembali. Tidak lama kemudian diatas tanah itu berdiri
beberapa kamar yang dikontrakan, suatu hal yang lebih menguntungkan untuk sang
pemilik...
Sejak
saat itu, warga tidak memiliki ruang yang memadai untuk melakukan aktivitas
sosialnya. Kelihatannya lahan dan sarana olahraga itu sepele, namun
implikasinya untuk masyarakat dikemudian hari sungguh menyakitkan. Hal-hal yang
kemudian kami rasakan sebagai warga adalah menurunnya kualitas moral dan etika
dikalangan para pemuda (mereka merokok, berpacaran, tawuran, bahkan
ditempat-tempat umum) menurunnya rasa tentram hidup bertetangga, dan secara
khusus adalah menurunnya kuantitas dan kualitas sumber daya air yang ada. Para
pemuda-pemudi tidak memiliki ruang sosial untuk beraktivitas dan berkreasi,
masyarakat tidak memiliki ruang berkomunikasi, air tidak memiliki ruang untuk
dapat tersimpan.
Belajar
dari pengalaman itulah saya menyarankan agar tanah tempat didirikannya Taman
Warga ini harus dibeli secara sah dan profesional untuk menghindari klaim di
kemudian hari. Agar rasa kepemilikan
Taman Warga ini dimiliki oleh setiap warga, maka mekanisme donasi diantara para
warga menjadi mutlak untuk dilakukan.
Pemerintah tentu saja perlu juga dilibatkan dalam pendanaan, namun tidak
dominan porsinya. Rasa kepemiilikan
warga ini diharapkan berbanding lurus dengan kesediaan dan keaktifan warga
untuk memanfaatkan serta menjaga Taman Warga di RT/RW nya.
Gagasan
kedua saya adalah adanya komunikasi intensif dengan warga yang dilakukan oleh tokoh setempat. Para tokoh
ini terlebih dahulu diajak berdialog oleh perwakilan pemerintah mungkin juga
dengan akademisi atau para ahli mengenai pentingnya menjaga kelestarian sumber
daya air. Diharapkan dengan dialog ini
dihasilkan kesepahaman sang tokoh tentang betapa pentingnya untuk menjaga kuantitas
dan kualitas air di daerah tersebut untuk kemashlahatan warga. Pemerintah
kemudian perlu memfasilitasi adanya forum dialog dengan masyarakat di tingkat
RT atau RW. Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa yang menjadi aktor utama
dalam dialog tersebut adalah sang tokoh masyarakat dengan warganya. Hal ini saya rasa akan lebih efektif
mengingat sang tokoh masyarakat adalah figur yang dihormati dan didengar
pendapatnya. Lebih bagus lagi jika
dilibatkan beberapa tokoh masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan
misalnya ulama, imam masjid, guru, ketua PKK hingga pimpinan perkumpulan
pedagang atau kedaerahan. Dialog dapat diadakan beberapa kali jika memang diperlukan. Selain itu, konten informasi mengenai
pentingnya menjaga pelestarian air juga bisa disampaikan pada waktu-waktu non
formal misalnya dijadikan materi khutbah di masjid, materi diskusi ibu-ibu PKK
dan pengajian, hingga bincang-bincang santai diantara warga.
Selama
ini, dialog semacam ini selalu gagal membangun kesadaran warga karena
pemerintah melakukannya dengan cara-cara yang sulit diterima masyarakat. Berbagai istilah rumit dan kosakata akademisi
yang tidak membumi membuat upaya pemerintah untuk berdialog dengan warganya
sering gagal. Belum lagi ketika dialog
diadakan di kantor-kantor pemerintah; suatu tempat yang tidak begitu akrab buat
masyarakat. Masyarakat di sisi lain akhirnya merasa bahwa pemerintah dengan
segala orang pintar yang dimilikinya pasti bisa menyelesaikan berbagai masalah
di masyarakat tanpa perlu bantuan lagi.
Solusi
ketiga dan yang menjadi hal paling penting adalah memulai pelestarian sumber
daya air dari unit terkecil masyarakat; keluarga. Jika setiap keluarga sudah
menyadari betapa pentingnya keberlangsungan sumber daya air untuk kehidupan yang lebih baik dans sehat,
maka akan lebih mudah untuk menggerakkan masyarakat. Setiap anggota keluarga
sejak dini dihimbau untuk menggunakan air dengan efektif dan seefisien mungkin
sehingga menjadi kebiasaan. Sebagai bagian dari masyarakat, saya juga berupaya
berperan aktif dalam upaya-upaya pelestarian air. Berbagai hal sederhana sudah dan selalu saya
lakukan; efisien dalam menggunakan air untuk mandi dan mencuci, menanami pekarangan
dengan pepohonan, hingga mengajak keluarga dan tetangga yang mengontrak di
rumah untuk ikut serta melakukan hal yang sama. Di mulai dari tingkatan
keluarga pula apabila memungkinkan, upaya memiliki lahan hijau atau pekarangan
untuk penangkapan air dilakukan. Kuantitas
dan kualitas air pun akan semakin meningkat seiring kualitas lingkungan yang
makin baik.
Keluarga, Bagian Terpenting Upaya Pelestarian Air |
Ketiga
upaya diatas harus dilakukan secara bersamaan dan menyeluruh. Masyarakat sebagai aktor utama bersama
pemerintah harus selalu mendukung dan mengawal berjalannya setiap proses. Hasil
akhir yang diharapkan dari upaya-upaya ini adalah munculnya kesadaran
masyarakat akan betapa pentingnya kelestarian air. Masyarakat akhirnya mawas diri
bahwa keberlangsungan sumber air berarti keberlangsungan hidup mereka yang lebih sehat dan lebih baik. Masyarakat pengguna air secara efektif dan
efisien pun akhirnya dapat terwujud.
Kualitas
air yang kita minum ikut menentukan kualitas kesehatan keluarga dan masyarakat. Air tanah yang pada awalnya menjadi sumber
utama air minum lambat laun mulai ditinggalkan karena semakin meragukan
kualitasnya. Air tanah yang dimasak tidak dapat dijamin kebersihan dan kesehatannya.
Belum lagi dengan kebutuhan gas atau listirik yang digunakan untuk
memasak. Memasak air menjadi tidak
ekonomis. Air galon yang kemudian dijadikan pilihan juga relatif mahal dan
tidak praktis, sama hal nya dengan air mineral galon isi ulang.
Terjaganya
kualitas lingkungan akan mendukung terjaganya pula sumber mata air. Pemaksimalan penggunaan air tanah sebagai air
minum pun bisa kembali dilakukan. Beranjak dari masyarakat darurat air minum,
kita bisa menuju masyarakat mandiri air minum.
Kembali
ke air tanah sebagai sumber air minum utama yang sehat dan aman sekarang sudah dapat
diwujudkan dengan adanya Pureit. Pureit dari Unilever dapat menjadi solusi
ketersediaan air minum masyarakat. Pureit adalah solusi sehat, praktis, dan
ekonomis memenuhi kebutuhan air minum. Kita hanya tinggal memasukkan air tanah
atau air keran yang ada disekitar, lalu air minum yang sehat dan aman sudah
bisa dikonsumsi, semudah itu. Bisa dibayangkan betapa besar manfaat yang akan
dirasakan masyarakat apabila setiap keluarga sudah memiliki Pureit. Di
tingkatan masyarakat, Pureit juga seharusnya dimiliki dalam fasilitas umum
seperti Taman Warga, masjid, kantor, pengajian, puskesmas, posyandu, pengajian,
bahkan mungkin pos ronda sehingga setiap orang dalam berbagai aktivitas nya di
masyarakat dapat mengkonsumsi air minum yang sehat dengan mudah. Di luar itu, dalam keadaan darurat bencana,
pastilah Pureit akan sangat membantu ketersediaan air minum.
Kita
beruntung sekali sekarang sudah ada Pureit Water Purifier dari Unilever. Bersama-sama, mari
kita gerakkan kemandirian air minum. Dimulai dari keluarga, berdampak pada
masyarakat, hingga berimbas ke bangsa dan negara.
0 comments:
Post a Comment