Friday, December 28, 2012

MASYARAKAT DARURAT AIR MINUM


Berdasarkan pengalaman saya, adalah sulit dan hampir mustahil melestarikan sumber daya seperti air tanpa peran serta aktif para penggunanya (masyarakat). Sebagai suatu sumber daya yang (sekilas tampak) begitu melimpah jumlahnya, air tampak tidak terlalu menarik bagi masyarakat untuk dilestarikan.  Air dapat ditemukan dengan begitu mudah dimana-mana, jadi kenapa pula kita repot-repot menjaga dan melestarikannya ?

Namun, apa yang saya amati di masyarakat saya sejauh ini membuat saya mengkritisi mitos tentang air ini. Alih-alih percaya kekekalan air sebagai suatu sumber daya, saya malah berani menyimpulkan bahwa kita sedang berada pada kondisi darurat air ! . Darurat  secara kualitas dan kuantitas. 

Masyarakat Darurat Air Minum

Saya tinggal di daerah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Suatu daerah yang tidak hanya dikenal sebagai salah satu titik rawan macet, namun juga kawasan yang kurang tertata rapi serta padat dengan penduduk.  Saya lahir dan tumbuh besar di daerah seperti ini.

Memasuki tahun 2000-an kawasan Mampang Prapatan makin maju secara ekonomi, berimbas dari makin membaiknya perekonomian Indonesia.  Mampang Prapatan pun makin padat dengan penduduk dan hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan terbuka hijau.  Semakin banyak rumah maupun kontrakan semi permanen yang berdiri di kawasan ini.  Bahkan jalan umum yang dahulunya cukup dilewati sebuah mobil, sekarang makin menyempit saja akibat berdirinya bangunan-bangunan baru di bahu jalan.

Seperti yang sudah umum diketahui, lahan terbuka hijau selain berfungsi sebagai pembersih polusi udara, juga berfungsi sebagai daerah penyerapan air.  Karena daerah yang menyerap air makin berkurang jumlahnya, maka sewaktu hujan turun, tidak banyak debit air yang bisa tersimpan dalam tanah.  Sewaktu musim kemarau, karena tidak cukupnya simpanan debit air didalam tanah, maka musibah kekeringan hebat pun terjadi.  Siklus ini terus berulang dan makin parah akibat nya dari tahun ke tahun. Kedua masalah terebut adalah masalah akut yang juga dihadapi di berbagai daerah lain di Jakarta dan Indonesia. Baik banjir maupun kekeringan tentu sangat menggangu jalannya roda kehidupan masyarakat.

Fenomena berkurangnya lahan hijau lambat laun juga berakibat dengan menurunnya kuantitas dan kualitas sumber daya air yang ada di kawasan.  Sebagai contoh di rumah keluarga saya yang memang (tadinya) masih menggunakan air tanah sebagai sumber utama kebutuhan air. Dari cerita Bapak, saya mengetahui bahwa pada awalnya kedalaman sumur untuk pompa air di rumah kami adalah 3-4 meter, tapi sekarang kedalaman sumur itu adalah 12 meter !. Dengan kata lain, makin lama, kita perlu menggali sumur lebih dalam untuk mendapatkan air. Lapisan tanah yang terus menurun ini tentu berbahaya untuk bangunan dan orang yang hidup diatasnya.

Kuantitas debit air pun terus menurun padahal air tanah tersebut tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari keluarga namun juga industri rumah tangga pembuatan tempe yang orang tua saya jalankan. Orang tua sudah memikirkan untuk menghentikan industri skala kecil ini apabila kebutuhan air tidak terpenuhi.  Apalagi kami juga harus memikirkan ketersediaan air untuk masyarakat sekitar.

Secara kualitas, air di kawasan ini pun menjadi semakin buruk.  Dulu keluarga kami masih berani menggunakan air untuk minum dan memasak, namun ketika sekarang terlihat banyak endapan berwarna hitam di air keran bahkan setelah dimasak, keluarga kami pun beralih menggunakan air minum mineral dari galon dispenser. Namun, harga air mineral galon relatif mahal, selain itu juga tidak praktis karena setelah membeli atau memesan dari agen terdekat, salah satu anggota keluarga harus repot untuk memasang galon tersebut ke dispenser air.  Biasanya saya atau bapak yang memasang galon tersebut ke dispenser, tapi ketika kami berdua tidak ada dirumah, maka ibu lah yang mengangkat galon yang begitu berat itu...

Ketergantungan terhadap air mineral galon seringkali membuat keluarga kami tidak memiliki pilihan lain untuk mendapatkan air minum yang sehat. Terkadang stok air mineral galon di pasar menjadi langka. Harganya pun menjadi selangit akibat permainan harga para spekulan.  Ketika air mineral galon menjadi tidak ada sama sekali di pasaran, keluarga kami pun kembali menjadikan air tanah yang dimasak menjadi sumber air minum utama dengan segala resiko kesehatannya.  Air isi ulang yang marak dimasyarakat pun tidak terjamin kebersihan dan kesehatannya.

Kondisi yang terjadi pada keluarga saya juga dialami oleh warga yang lain.  Sudah tidak ada lagi yang berani memasak air tanah untuk memenuhi kebutuhan air minumnya.  Sekarang kami beramai-ramai menggunakan air mineral galon dan air isi ulang tanpa ada pilihan lain.  Kita sudah memasuki masa-masa darurat air minum.


Kita beruntung sekarang ada Pureit Water Purifier dari Unilever. Kita tidak perlu repot-repot memasang galon air mineral untuk mendapatkan air minum. Kita pun tidak perlu lagi memasak air tanah yang beresiko terhadap kesehatan karena air hasil teknologi penyaringan Pureit dapat langsung diminum. Kualitas air yang dihasilkan pun sehat dan aman untuk diminum karena bakteri, virus dan parasit yang ada telah dihilangkan. Air yang dihasilkan pun tetap jernih dengan rasa yang tetap alami, tidak seperti rasa air dari metode penjernih yang lain. Keluarga saya pun akan segera beralih untuk menggunakan Pureit di rumah. Pureit memang penting dimiliki oleh setiap keluarga. Harga Pureit dari Unilever ini pun cukup terjangkau semua kalangan.  Harganya menjadi murah jika kita melihat betapa besar manfaat yang kita dapatkan. Pureit tidak memerlukan sambungan ke keran air, tidak memerlukan listrik ataupun gas. Kita hanya perlu menuangkan air tanah/PAM mentah ke dalam Pureit. Pureit memiliki kapasitas yang besar dengan kapasitas wadah atas dan wadah transparan masing-masing 9 liter. Tersedia dua pilihan warna yang dapat kita pilih yaitu putih biru dan putih marun.  

PUREIT: Produk Water Purifier Yang Inovatif

Mengapa Pureit lebih baik ? Memang ada banyak cara untuk memurnikan air, namun itu bisa jadi sangat merepotkan karena memerlukan listrik dan gas. Memasak air pun tidak praktis, dan rasa air minum kurang enak, selain itu harga gas pun relatif mahal. Menggunakan air mineral galon isi ulang tidak aman dan tetap saja merepotkan.

Keunggulan PUREIT Dibandingkan Metode Lain


Mungkin masih banyak kalangan meragukan kualitas air minum Pureit.  Namun, berbagai instansi sudah melakukan uji kualitas diantaranya adalah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).  Selain itu berbagai sertifikasi serta penghargaan dalam dan luar negeri sudah didapatkan.  Salah satunya adalah penghargaan yang diberikan badan PBB untuk kebudayaan (UNESCO) terkait peran serta Pureit dalam ketersediaan air bersih di India.

Penghargaan Dari UNESCO Untuk Produk PUREIT
Pureit memiliki 4 tahap pemurnian air untuk menghasilkan kualitas air minum yang aman dan sehat:
1. Saringan serat mikroskopis akan menghilangkan pengotor fisik yang ada di air yang dimasukkan.
2. Filter Karbon Aktif akan menghilangkan berbagai parasit dan pestisida yang terkandung di air.
3. Teknologi “ Programmed Disinfection Technology “ akan menghilangkan bakteri dan virus yang tidak terlihat.
4. Teknologi penjernih yang dimiliki Pureit akan menjernihkan air namun tidak membuat air menjadi bau dan menjaga rasa alami air.

4 Tahap Pemurnian Air PUREIT Water Purifier
Selain dengan 4 tahap pemurnian, kualitas air hasil teknologi WaterPurifier Pureit juga dijaga dengan adanya dua jaminan perlindungan:
1. Pureit Gerkill Life Indicator yang dimiliki akan memberitahu Anda beberapa hari sebelumnya untuk mengganti “ Germkill Kit “. Hal ini membuat Anda dapat mempersiapkan untuk mendapatkan “ Gerkill Kit “ yang baru dengan segera sebelum habis.
2. Mekanisme Penghentian Otomatis yang dimiliki Pureit akan bekerja ketika “ Germkill Kit “ tidak diganti pada waktunya. Aliran air hasil saringan akan otomatis berhenti keluar hingga penggantian Germkill Kit “ dilakukan. Air akan keluar dari Gerkill Life Indicator sehingga membuat Anda lebih mawas untuk mengganti “ Germkill Kit”. Hal ini akan menjamin Anda dan keluarga akan selalu meminum air yang aman dan sehat.

Teknologi Perlindungan PUREIT
Pureit memiliki komponen Germkill Kit (Perangkat Pembunuh Kuman) yang tahan lama dan dapat diganti dengan mudah.  Komponen 2,3,4 harus diganti bersamaan setelah sekitar 1500 liter air dimurnikan atau setara dengan 80 galon dalam waktu normal sekitar 6-8 bulan.  Jelaslah betapa sehat dan ekonomisnya Pureit dibandingkan teknologi pengolahan air minum lainnya.

PUREIT GERM KILL KIT
Melestarikan Sumber Air di Masyarakat

Di kawasan Mampang Prapatan memang banyak berdiri industri skala rumah tangga. Selain industri pembuatan tempe orang tua yang sudah saya jelaskan diatas, juga ada industri tahu, oncom, bakpau dan beberapa industri lainnya yang dilakukan masyarakat. Secara teknis industri-industri ini memerlukan pasokan air dalam jumlah besar, belum lagi dengan akibat dari limbah yang dihasilkan.  Secara langsung atau tidak langsung, keberadaan industri ini menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya kuantitas dan kualitas air kawasan. Namun, tidak mungkin menghentikan berjalannya industri-industri ini karena terkait dengan penghidupan begitu banyak orang. Diperlukan sebuah terobosan yang inovatif dan kreatif untuk mengatasi masalah ini.

Kesadaran warga untuk melestarikan dan menjaga sumber daya air memang bisa dikatakan masih rendah.  Saya dapat melihat secara jelas berbagai aktivitas warga yang bisa dibilang sangat memboroskan air. Warga pun tampaknya menyadari hal itu. Sayangnya, kesadaran yang sudah “terlanjur ada” di masyarakat adalah air itu adalah sumber daya yang melimpah dan dapat ditemukan dengan mudah, sehingga bisa dihamburkan percuma!.  Bahkan ketika air tanah yang dimasak tidak lagi layak untuk diminum dan warga harus beramai-ramai menggunakan air mineral galon, paradigma masyarakat tidak juga berubah. Masyarakat belum terlalu akrab dengan konsep penggunaan air tanah secara efektif dan efisien.

Kalaupun sudah mengalami berbagai musibah berkaitan dengan banjir maupun kekeringan, ternyata efek jera warga tidak muncul. Mereka merasa banjir dan kekeringan adalah bagian dari siklus hidup yang mereka jalani dari Tuhan. Paradigma mayarakat seperti ini tidak salah, tapi juga tidak 100% benar toh ?

Mengubah kebiasaan dan paradigma di masyarakat tentunya tidak mudah, namun tidak mustahil buat dilakukan.  Masyarakat harus mulai disadarkan betapa kelestarian sumber daya air adalah hal yang penting dilakukan untuk menopang kualitas kehidupan mereka.  Pendekatan secara persuasif perlu dilakukan dari bawah ke atas (bottom-up), dimana masyarakat menjadi aktor utama dengan didukung peran aktif pemerintah.

Gagasan Saya Untuk Masyarakat

Saya memiliki beberapa gagasan berkaitan upaya pelestarian sumber daya air dan pemaksimalam penggunanaan air tanah sebagai sumber air minum.  Ide-ide ini tidak hanya dapat diterapkan di wilayah tempat saya tinggal, namun juga berbagai wilayah lain di Jakarta dan Indonesia secara umum.  Hal ini dikarenakan ide-ide saya cukup sederhana, mengakar di setiap masyarakat, serta bersifat holistik (menyeluruh).

Pertama adalah apa yang saya sebut dengan Taman Warga.  Taman Warga disini adalah sebuah taman yang terletak pada tiap Rukun Tetangga (RT) atau setidaknya Rukun Warga (RW) dimana berfungsi tidak hanya sebagai suatu lahan yang penyerapan dan penyimpanan air, namun juga dapat digunakan warga sekitar sebagai penghijauan dan pengurang polusi udara, sarana rekreasi sederhana, bermain, dan berolahraga masyarakat. Secara sederhana teknisnya adalah dibelinya sebidang tanah yang cukup luas dengan uang hasil donasi kolektif warga setempat.  Diatas lahan tersebut kemudian dapat ditumbuhkan pepohonan yang asri.  Fasilitas lain yang diperlukan lalu dapat didirikan sesuai kebutuhan masyarakat masing-masing.

Di kawasan tempat tinggal saya, sebenarnya hal seperti ini pernah diterapkan, saat itu diatas lahan seperti ini didirikan sarana olahraga. Setelah mekanisme musyawarah, awalnya lahan itu diberikan secara sukarela oleh pemiliknya (yang merupakan warga asli Jakarta) agar dapat digunakan dalam pendirian sarana olahraga warga. Namun, karena dikemudian hari dilihat tidak menguntungkan secara ekonomis oleh sang pemilik lahan, maka “pemberian secara sukarela“ itu pun dibatalkan. Tanah pun diklaim lagi oleh sang pemilik, sarana olahraga yang sudah didirikan pun harus dibongkar kembali.  Tidak lama kemudian diatas tanah itu berdiri beberapa kamar yang dikontrakan, suatu hal yang lebih menguntungkan untuk sang pemilik...

Sejak saat itu, warga tidak memiliki ruang yang memadai untuk melakukan aktivitas sosialnya. Kelihatannya lahan dan sarana olahraga itu sepele, namun implikasinya untuk masyarakat dikemudian hari sungguh menyakitkan. Hal-hal yang kemudian kami rasakan sebagai warga adalah menurunnya kualitas moral dan etika dikalangan para pemuda (mereka merokok, berpacaran, tawuran, bahkan ditempat-tempat umum) menurunnya rasa tentram hidup bertetangga, dan secara khusus adalah menurunnya kuantitas dan kualitas sumber daya air yang ada. Para pemuda-pemudi tidak memiliki ruang sosial untuk beraktivitas dan berkreasi, masyarakat tidak memiliki ruang berkomunikasi, air tidak memiliki ruang untuk dapat tersimpan.

Belajar dari pengalaman itulah saya menyarankan agar tanah tempat didirikannya Taman Warga ini harus dibeli secara sah dan profesional untuk menghindari klaim di kemudian hari.  Agar rasa kepemilikan Taman Warga ini dimiliki oleh setiap warga, maka mekanisme donasi diantara para warga menjadi mutlak untuk dilakukan.  Pemerintah tentu saja perlu juga dilibatkan dalam pendanaan, namun tidak dominan porsinya.  Rasa kepemiilikan warga ini diharapkan berbanding lurus dengan kesediaan dan keaktifan warga untuk memanfaatkan serta menjaga Taman Warga di RT/RW nya.

Gagasan kedua saya adalah adanya komunikasi intensif dengan warga  yang dilakukan oleh tokoh setempat. Para tokoh ini terlebih dahulu diajak berdialog oleh perwakilan pemerintah mungkin juga dengan akademisi atau para ahli mengenai pentingnya menjaga kelestarian sumber daya air.  Diharapkan dengan dialog ini dihasilkan kesepahaman sang tokoh tentang betapa pentingnya untuk menjaga kuantitas dan kualitas air di daerah tersebut untuk kemashlahatan warga. Pemerintah kemudian perlu memfasilitasi adanya forum dialog dengan masyarakat di tingkat RT atau RW. Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa yang menjadi aktor utama dalam dialog tersebut adalah sang tokoh masyarakat dengan warganya.  Hal ini saya rasa akan lebih efektif mengingat sang tokoh masyarakat adalah figur yang dihormati dan didengar pendapatnya.  Lebih bagus lagi jika dilibatkan beberapa tokoh masyarakat yang berasal dari berbagai kalangan misalnya ulama, imam masjid, guru, ketua PKK hingga pimpinan perkumpulan pedagang atau kedaerahan. Dialog dapat diadakan beberapa kali jika memang diperlukan.  Selain itu, konten informasi mengenai pentingnya menjaga pelestarian air juga bisa disampaikan pada waktu-waktu non formal misalnya dijadikan materi khutbah di masjid, materi diskusi ibu-ibu PKK dan pengajian, hingga bincang-bincang santai diantara warga.

Selama ini, dialog semacam ini selalu gagal membangun kesadaran warga karena pemerintah melakukannya dengan cara-cara yang sulit diterima masyarakat.  Berbagai istilah rumit dan kosakata akademisi yang tidak membumi membuat upaya pemerintah untuk berdialog dengan warganya sering gagal.  Belum lagi ketika dialog diadakan di kantor-kantor pemerintah; suatu tempat yang tidak begitu akrab buat masyarakat. Masyarakat di sisi lain akhirnya merasa bahwa pemerintah dengan segala orang pintar yang dimilikinya pasti bisa menyelesaikan berbagai masalah di masyarakat tanpa perlu bantuan lagi.

Solusi ketiga dan yang menjadi hal paling penting adalah memulai pelestarian sumber daya air dari unit terkecil masyarakat; keluarga. Jika setiap keluarga sudah menyadari betapa pentingnya keberlangsungan sumber daya air untuk kehidupan yang lebih baik dans sehat, maka akan lebih mudah untuk menggerakkan masyarakat. Setiap anggota keluarga sejak dini dihimbau untuk menggunakan air dengan efektif dan seefisien mungkin sehingga menjadi kebiasaan. Sebagai bagian dari masyarakat, saya juga berupaya berperan aktif dalam upaya-upaya pelestarian air.  Berbagai hal sederhana sudah dan selalu saya lakukan; efisien dalam menggunakan air untuk mandi dan mencuci, menanami pekarangan dengan pepohonan, hingga mengajak keluarga dan tetangga yang mengontrak di rumah untuk ikut serta melakukan hal yang sama. Di mulai dari tingkatan keluarga pula apabila memungkinkan, upaya memiliki lahan hijau atau pekarangan untuk penangkapan air dilakukan.  Kuantitas dan kualitas air pun akan semakin meningkat seiring kualitas lingkungan yang makin baik.

Keluarga, Bagian Terpenting Upaya Pelestarian Air
Ketiga upaya diatas harus dilakukan secara bersamaan dan menyeluruh.  Masyarakat sebagai aktor utama bersama pemerintah harus selalu mendukung dan mengawal berjalannya setiap proses. Hasil akhir yang diharapkan dari upaya-upaya ini adalah munculnya kesadaran masyarakat akan betapa pentingnya kelestarian air. Masyarakat akhirnya mawas diri bahwa keberlangsungan sumber air berarti keberlangsungan hidup mereka yang lebih sehat dan lebih baik.  Masyarakat pengguna air secara efektif dan efisien pun akhirnya dapat terwujud.

Memaksimalkan Penggunaan Air Tanah Untuk Air Minum

Kualitas air yang kita minum ikut menentukan kualitas kesehatan keluarga dan masyarakat.  Air tanah yang pada awalnya menjadi sumber utama air minum lambat laun mulai ditinggalkan karena semakin meragukan kualitasnya. Air tanah yang dimasak tidak dapat dijamin kebersihan dan kesehatannya. Belum lagi dengan kebutuhan gas atau listirik yang digunakan untuk memasak.  Memasak air menjadi tidak ekonomis. Air galon yang kemudian dijadikan pilihan juga relatif mahal dan tidak praktis, sama hal nya dengan air mineral galon isi ulang.

Terjaganya kualitas lingkungan akan mendukung terjaganya pula sumber mata air.  Pemaksimalan penggunaan air tanah sebagai air minum pun bisa kembali dilakukan. Beranjak dari masyarakat darurat air minum, kita bisa menuju masyarakat mandiri air minum.

Kembali ke air tanah sebagai sumber air minum utama yang sehat dan aman sekarang sudah dapat diwujudkan dengan adanya Pureit. Pureit dari Unilever dapat menjadi solusi ketersediaan air minum masyarakat. Pureit adalah solusi sehat, praktis, dan ekonomis memenuhi kebutuhan air minum. Kita hanya tinggal memasukkan air tanah atau air keran yang ada disekitar, lalu air minum yang sehat dan aman sudah bisa dikonsumsi, semudah itu. Bisa dibayangkan betapa besar manfaat yang akan dirasakan masyarakat apabila setiap keluarga sudah memiliki Pureit. Di tingkatan masyarakat, Pureit juga seharusnya dimiliki dalam fasilitas umum seperti Taman Warga, masjid, kantor, pengajian, puskesmas, posyandu, pengajian, bahkan mungkin pos ronda sehingga setiap orang dalam berbagai aktivitas nya di masyarakat dapat mengkonsumsi air minum yang sehat dengan mudah.  Di luar itu, dalam keadaan darurat bencana, pastilah Pureit akan sangat membantu ketersediaan air minum. 

Kita beruntung sekali sekarang sudah ada Pureit Water Purifier dari Unilever. Bersama-sama, mari kita gerakkan kemandirian air minum. Dimulai dari keluarga, berdampak pada masyarakat, hingga berimbas ke bangsa dan negara.





  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 comments:

Post a Comment