Wednesday, August 1, 2012

Memori MIPA Untuk Negeri



            Tiba-tiba aku terkenang tentang MIPA Untuk Negeri....

Lima belas hari menjelang pelaksanaan acara, tapi hingga hari ini masih belum ada kabar menggembirakan mengenai pendanaan acara.

Semangat ku seharusnya sudah mulai goyah, keyakinan ku pun akan mulai rapuh.  Belum lagi dengan betapa menurunnya kondisi fisik ini sejak sebulan belakangan.  Namun, aku tidak mungkin menyerah, aku tidak bisa berhenti disini.  Aku adalah pemimpin mereka, nahkoda acara ini.  Biarlah banyak teman-teman ku yang sudah mulai pasrah dengan keadaan ini. Salah ku lah tidak mampu menyemangati mereka, membuat mereka yakin, bahwa acara ini pasti berhasil. Berhasil menjadi yang pertama dan yang terbesar dalam sejarah fakultas kami. 

Sudah 4 bulan semenjak kepanitian acara ini terbentuk, bulan Februari lalu.  Sejak itu, berbagai hal menjadi kendala dalam proses berlangsungnya acara.  Mulai dari konsep nya yang sering dipertanyakan karena belum pernah diterapkan.  Isi dari acara tersebut yang dianggap terlalu besar.  Hingga ketidakpercayaan bahwa aka nada sponsor yang ingin membiayai acara ini. Acara seperti ini.

Namun, sejak detik aku dipercaya oleh teman-teman ku di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), tekad ku sudah bulat.  Aku dilingkupi keyakinan yang sedemikian tinggi, bahwa dengan kepercayaan orang-orang akan amanah yang besar ini, aku tidak akan gagal.  Aku pasti berhasil. Aku pasti berhasil.

Jangka waktu yang cukup singkat, hanya 6 bulan kurang untuk mempersiapkan acara berskala nasional sebesar ini, membuatku harus bergerak cepat.  Langkah pertama yang aku lakukan bersama teman-teman yang sudah ada saat itu adalah menyusun garis besar konsep acara.  Teman diskusi utama ku saat itu adalah Eru, ketua departemen keilmiahan BEM FMIPA-Universitas Indonesia tahun ini.  Berhari-hari kami berdiskusi, juga dengan beberapa teman lain yang kebanyakan pengurus BEM.  Diselingi berbagai macam perbedaan pandangan, perdebatan, namun diakhiri anggukan setuju.

Akhirnya garis besar konsep acara pun selesai.  MIPA Untuk Negeri (MUN, itu nama acaranya) akan berlangsung dengan 4 macam kegaitan.  Kegiatan pertama adalah lomba karya tulis “ Tulisan Untuk Negeri (TUN) “.  Kegiatan ini adalah berupa lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional dengan tema yang ditentukan.  Kegiatan kedua adalah “Konferensi Ilmuwan Muda Indonesia (KIMI)” dimana para pemenang dari TUN akan datang ke kampus FMIPA UI dan mempresentasikan karya tulisnya dihadapan peserta dan mahasiswa lain yang hadir.  Kegiatan ketiga adalah Talkshow berlatar belakang semangat kebangsaan dan pemberdayaan ilmu pengetahuan.  Kegiatan keempat adalah adannya malam penganugerahan untuk ilmuwan Indonesia tertentu yang dipilih berdasarkan kriteria dan kategori masing-masing.  Rencananya acara MUN akan berlangsung selama seminggu penuh.

Mengetahui susunan kegiatan dalam acara MUN pasti membuat banyak teman-teman kami merasa sangsi acara ini akan benar dapat berlangsung.  Skala nasional, susunan kegiatan yang besar, hingga kemungkinan kebutuhan dana yang begitu besar pasti meciutkan hati kebanyakan mahasiswa. Sungguh mengecewakan sekali. Konon memang di fakultas kami belum pernah ada acara yang seperti ini.   Namun, aku sudah menetapkan hati, bersama ku dan teman-teman di kepanitiaan ku ini, MUN pasti bisa terlaksana dengan baik.
Imanuel (MUN 2012) dan Aku (MUN 2011)
Selesainya konsep acara dibuat, maka aku mulai mengumpulkan tim.  Tim ini terdiri dari Pengurus Inti (PI), Penanggung Jawab (PJ) bidang, hingga staf masing-masing bidang.  Cukup sulit mengumpulkan tim ini. Aku beruntung memiliki Irkham dan Fanny sebagai teman. Walaupun “ kalah “ dalam proses seleksi pemilihan ketua pelaksana, mereka berdua mau tetap bergabung bersama ku untuk bahu-membahu menyukseskan acara ini.  Singkat kata, walau dengan kendala seperti penolakan dari orang-orang terkait, kami bertiga berhasil menyusun PI dan PJ dalam waktu kurang lebih satu bulan. Orang-orang luar biasa yang tergabung ini berasal dari tim kami bertiga sewaktu maju proses seleksi pemilihan ketua dan proses seleksi terbuka melalui selebaran dan dunia maya.  Ada April, Risa, Endah, Ismah, Renita, Dian, Rima, Maya, Karim, Ibni, Candra, Dedy, Ryan, Anjusa, Imanuel, Zulfah, Rima, Diny, Wendy dan Dika.  Orang-orang terbaik dari departemen Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Farmasi, dan Geografi yang ada di fakultas kami. Teman berjuang dan mewujudkan asa.

Setelah memiliki PI dan PJ yang lengkap perekrutan staf menjadi lebih mudah. Dilluar perkiraan ternyata minat untuk tergabung di kepanitiaan MUN begitu besar.  Total ada 116 orang yang terdaftar menjadi staff.  Jumlah ini diiringi tanggung jawab kami untuk membina dan memberdayakan mereka untuk menyukseskan acara. Sebuah tantangan yang besar.

Benar saja, 3 bulan persiapan acara, ketika kendala-kendala mulai terjadi dalam hal; penyebaran publikasi, pengiriman undangan ke kampus-kampus lain, pencarian narasumber talkshow, format dan kriteria penulisan abstrak, penentuan juri, hingga tentu saja pencarian sponsor, membuat semangat dan keyakinan banyak orang di kepanitiaan ini mengendur.  Staff lah yang paling terlihat perbedaannya.  Awal-awal rapat pleno diadakan, jumlah staf yang hadir mencapai hampir tujuh puluh.  Namun, lama kelamaan jumlahnya terus berkurang, bahkan dua minggu menjelang pelaksanaan acara, hanya belasan yang menghadiri pleno.  Sungguh membuat sedih.

Namun, yang lebih membuat ku sedih saat itu adalah ketika PI dan PJ, yang merupakan orang-orang terdekat ku di kepanitiaan ini juga mulai goyah keyakinannya. Lama kelamaan mereka makin enggan untuk menghadiri rapat-rapat dan pertemuan-pertemuan.  Dengan sangat menyesal, untuk kebaikan bersama, baik itu para staf maupun PI dan PJ yang mulai mangkir datang pertemuan maupun lalai dalam bertugas, terpaksa kami berhentikan, atau bahasa halus dalam kepanitiaannya adalah diputihkan.

Sebagian pengurus BEM pun aku pribadi merasa tidak terlalu banyak membantu. Saran-saran mereka tidak banyak membantu, arahan mereka tidak banyak membantu, pertemuan-pertemuan yang mereka adakan pun tidak banyak membantu, malah sering mengurangi waktu produktif kami.  Mungkin beberapa teman BEM saat itu memang sudah tidak tahu lagi apa yang bisa dilakukan untuk kami. Aku maklumi itu.  Aku pun dalam satu titik pernah merasa ingin menyerah saja. Tapi aku urungkan ketika aku ingat, betapa terbebaninya hidup ku nanti ketika mengingat saat ini aku mengecewakan begitu banyak orang yang percaya pada ku untuk memimpin acara ini.

Sebagai seorang pemimpin, aku tahu aku tidak boleh kehilangan akal.  Aku harus selalu menemukan jalan untuk orang-orang ini.  Aku beruntung memiliki Irkham sebagai wakil ku yang banyak melengkapi kekurangan ku dan menyemagati ku di saat aku mulai lelah atau bosan.  Dan teman-teman lain yang terus mau bertahan bersama ku sampai saat ini.

Aku sadar aku tidak mungkin bisa mencari solusi secara cepat untuk kesemua kendala yang dihadapi kepanitiaan MUN ini. Aku harus berfokus pada kendala utama yang harus aku jadikan prioritas. Makan aku tetapkan bahwa kebutuhan akan pendanaan dari sponsor lah yang paling genting di kepanitiaan ini. Untuk kendala lain, bukan berarti aku lepas tangan, namun aku berusaha mendelegasikan dan mempercayai hal-hal itu kepada teman-teman ku ini, yang memang bisa dipercaya dan baik kerjanya.  Aku pun tentu turut ikut membantu mereka. Walaupun aku seringkali kagum dengan kemampuan teman-teman ku ini dalam melakukan tugas. Benar-benar yang terbaik dalam bidangnya.

Langkah pertama yang ku lakukan adalah menemui dekanat fakultas.  Aku ceritakan semua tentang MUN dari A sampai Z kepada para birokrat ini, orang tua kami di kampus.  Mulai dari manajer kemahasiswaan, sekretaris fakultas hingga wakil dekan. Namun, hasilnya nihil.  Bapak-bapak ini ternyata memiliki keraguan yang sama dengan kebanyakan orang soal acara ini.  Aku lebih kecewa karena selama berlangsungnya kepanitiaan, pak dekan tidak sekalipun mau menemui ku atau teman-teman.  Padahal sama seperti ku, beliau juga berasal dari departemen Biologi.  Terlalu sibuk kah beliau ?

Kemudian aku dan teman-teman menemui ke enam kepala departemen yang ada.  Aku bersyukur sekali karena ke enam kepala departemen berpikiran lebih terbuka soal acara ini.  Pak Yudi Satria (Matematika), Pak Santoso Soekirno (Fisika), Pak Ridla Bakri (Kimia), Pak Mufti Patria (Biologi), Ibu Yahdiana Harahap (Farmasi) dan Pak Eko (Geografi) memberikan banyak bantuan berharga entah bantuan langsung berupa pinjaman dana maupun hibah, hingga memberikan link yang penting ke ikatan alumni kami.
Para peserta MUN dari berbagai kampus

Maka aku bersama teman-teman pun segera bergerak menuju alumni kami membawa proposal.  Entah berapa alumni yang kami hampiri (walaupun nyatanya kami tidak pernah diterima secara langsung), namun tidak ada satu pun pihak yang kami temui memiliki keyakinan tentang acara ini bisa berlangsung.  Aku dengar dalam satu kabar bahwa mahasiswa dan alumni fakultas ini menjadi tidak dekat karena kebiasaan mahasiswa yang datang ke alumninya hanya saat meminta donasi. Entah para alumni kami adik-adiknya ini melabeli kami dengan apa.  Sungguh aku kecewa sekali saat para alumni ini “ menolak “ kami karena hal ini. Padahal mereka melihat proposal MUN yang hebat ini pun tidak.

Pihak calon sponsor-sponsor kami pun kurang lebih sama. Sampai calon sponsor yang ke dua puluh lima, semuanya menolak proposal yang kami sodorkan.  Berbagai alasan terlontarkan; acaranya terlalu besar, anggaran tidak masuk akal, acaranya sudah mepet, perusahaan sedang tidak ada dana, program CSR nya tidak sejalan, hingga ketidak terterikan mereka tentang acara berbau pendidikan ataupun fakultas sains.  Sungguh perasaan penolakkan yang bertubi-tubi kamu rasakan.
           
Dan inilah, menjelang lima belas hari pelaksanaan acara, kondisi kami belum membaik. Memang untuk peserta, narasumber acara, hingga tempat perhelatan sudah selesai diurus, namun itu akan tidak ada artinya kalau pendanaan acara ini tidak ada. Di pertemuan terakhir aku berkata kepada teman-teman ku yang masih ada. “ Teman-teman, saya mengucapkan terimakasih banyak masih bergabung bersama saya disini, bahkan di saat saat sulit seperti sekarang.  Teman-teman telah melakukan segala hal, hal terbaik yang bisa kalian lakukan untuk menyukseskan acara ini, namun kita belum juga mendapatkan jalan.  Saya percaya, satu jalan sudah disiapkan untuk kita oleh Tuhan, sekarang, kita cuma bisa berdoa dan ikhlas.  Terserah Dia akan seperti apa MUN kita ini… saya mohon terus bawa MUN di dalam doa-doa kalian ya“ Sulit sekali menahan perasaan haru melihat wajah teman-teman ku saat itu.  Wajah orang-orang baik.

Sehabis solat maghrib, aku panjatkan doa yang sama berulang kali.  Aku juga ingat-ingat apakah aku cukup melakukan sedekah agar kendala kami dimudahkan.  Aku ingat sampai meneteskan air mata. “ Ya Allah, terserah Engkau akan seperti apa MUN ini akan berlangsung, orang-orang baik di dalam nya sudah melakukan yang mereka bisa…”

            … … …
Keesokan harinya, sehabis zuhur HP ku berdering, ternyata itu dari Pak Teddy, seorang yang aku kenal ketika mengajukan proposal ke perusahaan bernama Columbia, hasil koneksi dari Irkham.
              “ Ini dengan Mas Abas ya ? Saya Teddy dari Columbia “ kata beliau
          “ Iya betul bapak ini dengan saya. Ada apa bapak ? bagaimana dengan tawaran kemitraan kami tempo hari ? “ kata ku langsung pada inti pembicaraan.
             “ Oh iya begini, setelah presetasi Mas Abas dan teman-teman tempo hari di depan Pak Leo Darwin direktur kami, kami memutuskan ikut dalam acara MUN.  Kami akan menjadi sponsor tunggal.  Nilai nya seperti yang sudah kita sepakati, 120 juta rupiah. Bagaimana, Mas? Kalau setuju, besok kita langsung tanda tangan kontrak“ jelas pak Teddy.

Aku terdiam cukup lama, dalam hati ku mengucap syukur berkali-kali. Alhamdulillah.. Alhamdulillah… Allah Maha Kuasa… Allah Maha Penyayang.
            “ Iya Pak Teddy, saya setuju nilai yang kita sepakati itu.  Insya Allah saya besok akan kesana untuk tanda tangan kontrak “
            … … ….

Tak terperikan perasaan bahagia ku saat ini. Aku hubungi semua teman-teman ku PI dan PJ untuk mengabari hal ini. Mereka orang-orang baik yang sudah membantu ku menyukseskan MUN untuk yang pertama dan bersejarah ini.  Terimakasih kawan.  Aku tahu kita bisa.

            … … …
MIPA Untuk Negeri yang pertama akhirnya dapat berlangsung pada tanggal 22-30 Juli 2011 dikampus Universitas Indonesia.  Perusahaan pembiayaan Columbia menjadi sponsor tunggal yang menyukseskan acara ini. Tahun ini MIPA Untuk Negeri memasuki tahun kedua.  Lebih banyak kampus yang hadir, lebih banyak mahasiswa, lebih banyak sponsor, dan acara yang lebih besar dan berjalan dengan lebih baik.  MIPA Untuk Negeri 2012 berlangsung pada tanggal 11-19 Juli 2012.
  • Stumble This
  • Fav This With Technorati
  • Add To Del.icio.us
  • Digg This
  • Add To Facebook
  • Add To Yahoo

0 comments:

Post a Comment